Mohon tunggu...
elcano
elcano Mohon Tunggu... Mahasiswa - sharing about love & happinesss

positive vibes🤍

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ambisi dan Cinta, Bukan Akhir tapi Babak Baru Penuh Tantangan & Peluang

31 Juli 2024   23:00 Diperbarui: 1 Agustus 2024   02:24 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menggapai Puncak Karier 

Di era modern ini, banyak wanita lajang karier yang berhasil mencapai puncak karier mereka di berbagai bidang. Mereka adalah wanita-wanita tangguh yang berjuang untuk menggapai ambisi dan cita-cita profesional mereka. Bagi wanita lajang karir, pernikahan mungkin terasa seperti hal yang rumit. Mereka dihadapkan pada dilema antara ambisi dan cinta. Ingin membangun keluarga, namun juga ingin terus mengembangkan karir. Di tengah keberhasilan karier tersebut muncul pertanyaan penting yaitu “apa makna pernikahan bagi mereka?” 

Bagi wanita lajang karir, pernikahan bukan berarti akhir dari perjalanan, melainkan babak baru yang penuh rintangan dan peluang. Makna pernikahan bagi mereka unik dan personal, bergantung pada nilai-nilai, tujuan hidup, dan hubungan yang dibangun dengan pasangan. Di tengah dinamika dan dilema antara ambisi dan cinta, banyak wanita lajang karir yang menemukan makna pernikahan sejati. Dengan dukungan yang tepat dan kesadaran diri tinggi, mereka mampu menyeimbangkan kehidupan pernikahan dan mengejar mimpi serta ambisi karir mereka.

Antara Ambisi dan Cinta 

Wanita karier sering kali dihadapkan pada dilema antara mengejar ambisi profesional dan keinginan untuk membangun rumah tangga. Pernikahan bagi sebagian orang, bisa dianggap sebagai langkah yang menuntut kompromi antara dua hal ini. Namun, banyak wanita lajang karier yang berhasil menemukan keseimbangan antara keduanya. 

Pernikahan bagi mereka bukan sekadar tradisi atau tuntutan sosial, melainkan pilihan sadar yang didasarkan pada cinta dan komitmen. Mereka melihat pernikahan sebagai kemitraan sejajar di mana kedua belah pihak mendukung satu sama lain untuk berkembang, baik secara pribadi maupun profesional. 

Dalam tinjauan psikologi, pernikahan merupakan tugas perkembangan seseorang yang memasuki tahap dewasa atau perkembangan sosioemosional pada masa dewasa awal. Santrock (2002) mengungkapakan tergabung menjadi keluarga melalui sebuah pernikahan. Sedangkan masa untuk melakukan pernikahan saat usia dewasa awal yaitu 20-40 tahun (Papalia, 2008) atau pada usia 18-40 tahun (Hurlock, 1980). Hal ini didasarkan pada aspek-aspek dan tugas-tugas perkembangan pada fase dewasa. Tahap perkembangan psikososial yang dialami wanita lajang karier adalah intimacy vs isolation.   

Intimasi (intimacy) adalah kemampuan untuk menyatukan identitas diri dengan identitas orang lain tanpa ketakutan kehilangan identitas diri. Pada fase dewasa awal ini seseorang telah menemukan identitas dirinya. Sudah matang dan tidak lagi goyah terpengaruh oleh lingkungan seperti pada fase remaja. Initimasi hanya dapat dilakukan sesudah orang membentuk ego yang stabil dan juga sudah berada pada tahap kestabilan emosional. Intimasi yang matang adalah kemampuan dan kemauan untuk berbagi perasaan saling percaya yang melibatkan pengorbanan, kompromi, dan komitmen dalam hubungan yang sederajat. Perkawinan menjadi suatu syarat perkawinan, tetapi ternyata banyak perkawinan tanpa intimasi. Salah satu penyebabnya banyak dewasa awal yang menikan kawin sebagai bagian dari pencarian identitas yang gagal mereka mantapkan pada masa remaja. 

Isolasi (isolation) adalah ketidakmampuan untuk bekerja sama dengan orang lain melalui berbagai intimasi yang sebenarnya. Isolasi yang berlebihan biasanya dikarenakan ketidakmampuan seseorang menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa yakni bekerja produktif, menjadi orang tua, dan cinta yang matang (Alwisol, 2016). Isolasi dibutuhkan dalam kadar yang cukup dalam kematangan cinta, karena jika kadar isolaso berlebihan dan intimasi menjadi kecil yang timbul bukan cinta, tetapi kesendirian. Pada fase dewasa awal ini juga awal dari dimulainya pemaknaan yang mendalami mengenai cinta, terbentuk kepercayaan, dan juga komitimen pasangan. 

Makna Pernikahan

Pernikahan bagi wanita lajang karier memiliki berbagai makna yang mendalam :

  • Pernikahan bisa menjadi sumber dukungan emosional dan moral yang penting dalam menghadapi tantangan profesional. Suami yang pengertian dan suportif dapat menjadi pendorong semangat dan tempat berlabuh saat menghadapi tekanan pekerjaan. 
  • Pernikahan dapat memperkaya hidup dengan pengalaman dan perspektif baru. Hidup bersama pasangan membuka peluang untuk belajar dan tumbuh bersama, mengatasi konflik, serta merayakan keberhasilan bersama-sama. Bagi banyak wanita, memiliki pasangan yang bisa diajak berbagi suka dan duka merupakan hal yang tak ternilai. 
  • Pernikahan bisa menjadi fondasi yang kuat untuk membangun keluarga dan masa depan. Bagi mereka yang mendambakan anak, pernikahan sering kali menjadi langkah awal menuju impian tersebut. Membesarkan anak bersama pasangan yang penuh cinta dan perhatian adalah salah satu tujuan hidup yang banyak diidamkan. 

Tantangan yang Dihadapi 

Meski demikian, jalan menuju pernikahan bagi wanita lajang karier tidak selalu mulus. Banyak yang harus menghadapi stigma sosial dan tekanan dari lingkungan sekitar. Masyarakat sering kali memiliki ekspektasi yang berbeda terhadap wanita, menuntut mereka untuk memilih antara karier atau keluarga. Selain itu, menemukan pasangan yang bisa menerima dan mendukung ambisi karier juga menjadi tantangan tersendiri. Tidak semua orang dapat memahami tuntutan waktu dan energi yang diperlukan untuk mencapai puncak karier. Oleh karena itu, penting bagi wanita lajang karier untuk mencari pasangan yang memiliki visi dan nilai yang sejalan.

Menemukan Keseimbangan 

Kunci dari menemukan makna pernikahan bagi wanita lajang karier terletak pada kemampuan untuk menemukan keseimbangan antara ambisi dan cinta. Penting bagi mereka untuk tetap setia pada diri sendiri dan tidak merasa terpaksa untuk mengorbankan salah satu demi yang lain. Komunikasi yang baik dan keterbukaan dengan pasangan adalah kunci untuk mencapai keseimbangan ini. Memahami dan menghargai peran serta kontribusi masing-masing dalam hubungan akan membantu membangun pernikahan yang harmonis dan saling mendukung. 

Kesimpulan 

Pernikahan bagi wanita lajang karier bukanlah sekadar akhir dari perjalanan, melainkan babak baru yang penuh tantangan dan peluang. Makna pernikahan bagi mereka sangat personal dan unik, tergantung pada nilai-nilai, tujuan hidup, dan hubungan yang dibangun dengan pasangan. Di tengah segala dinamika dan dilema antara ambisi dan cinta, banyak wanita lajang karier yang berhasil menemukan makna pernikahan yang sejati. Dengan dukungan yang tepat dan kesadaran diri yang tinggi, mereka mampu mengarungi kehidupan pernikahan sambil tetap mengejar impian dan ambisi karier mereka. 

SUMBER 

Alwisol. (2016). Psikologi Perkembangan: Edisi Revisi. 

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Gramedia. Papalia,

Old, & Feldman. (2008). Human Development. New York: McGrawHill. 

Santrock. J. W. (2002). Adolescence: Perkembangan Remaja (edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun