Â
     Didaerah tempat tinggal pinggiran kota Padang tepatnya di daerah Taruko Rodi. Masyarakat biasanya langsung membakar sampah mereka, karena terbatasnya fasilitas dan tidak adanya mobil sampah lewat didaerah kami. Penulis sendiri  memisahkan sampah, berdasarkan sampah organik dan non organik. Sampah organik dikumpulkan terlebih dahulu. Sampah organik seperti nasi, sayur-sayuran, buah-buahan, sisa ikan, daging dan lain-lain dikumpulkan dan dijadikan kompos atau pupuk. Sampah non organik seperti plastik, kertas, bekas dus, dan gabus  dikumpulkan terlebih dahulu setelah dikumpulkan, kemudian dibakar. Menurut penulis, membakar sampah juga perlu kehati-hatian, seperti jangan membakar sampah dekat pemukiman padat penduduk, dan harus jauh dari anak-anak. Membakar sampah juga harus dijaga, karena api kadang menjalar dan dapat menyebabkan kebakaran. Pengelolahan sampah seperti ini memang kurang tepat, tapi menurut saya inilah yang bisa dilakukan di desa dan pinggiran kota Padang.
    Beberapa desa atau kota yang penulis kunjungi juga langsung membuang sampahnya dijalan, sungai atau didekat jembatan. Ada beberapa alasan warga desa masih melakukan hal tersebut. Pertama kurangnya pemahaman warga, kedua kurangnya akses tempat pembuangan sampah dan warga merasa lebih mudah jika sampah tersebut dibuang dan ditumpuk saja dipinggir jalan, sungai atau dekat jembatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H