Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Storytelling untuk Menyembuhkan Trauma

10 Juli 2012   18:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:05 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan sepeda motor milik kantor ini, saya alami kecelakaan

Suatu hari, saya melakukan peliputan korban tanah longsor pada lereng di dekat puncak  sebuah bukit. Saya berkendara sepeda motor dengan memboncengkan adik saya. Pulangnya, kami menuruni jalan yang terjal dan curam. Sepeda motor meluncur dengan deras. Rem depan dan rem belakang tak mampu lagi menahan lajunya. Saat itu hanya ada dua pilihan: terjun ke jurang di sebelah kanan atau menabrak tebing di sebelah kiri. Saya putuskan menabrakkan sepeda motor ke kiri.

"Braaaak!!!"

Bagaimana kelanjutan kisah ini? Jangan kemana-mana karena akan saya lanjutkan setelah informasi yang akan lewat ini!

1341944469870871341
1341944469870871341

Kisah ini saya ungkapkan pada pelatihan trauma healing yang diselenggarakan oleh Mindanao Peacebuilding Institute di Davao, Mindanao, Filipina selatan, Mei 2012. Salah satu materi dalam pelatihan ini adalah penggunaan storytelling dalam pemulihan trauma. Dalam pendekatan ini, komunitas yang mengalami trauma diberi kesempatan untuk membuat cerita.

Manfaat yang didapat dengan metode storytelling adalah:

  1. Mendorong komunitas untuk menuliskan sejarah traumatik mereka.
  2. Mencegah trauma menyakiti mereka.
  3. Membantu mereka untuk membuat rencana pemulihan.
  4. Memberi keyakinan kepada komunitas bahwa mereka sendiri yang harus mengambil tindakan untuk memulihkan terhadap trauma mereka.
  5. Memperkuat kekuatan yang ada di dalam diri mereka untuk pulih dari trauma mereka.

Meskipun storytelling bermanfaat dalam pemulihan trauma, namun metode ini juga mengandung risiko. Orang yang mengungkapkan kisah traumatiknya dapat menjadi bahan tertawaan, digosipkan, dihakimi, disalahpahami dan sebagainya. Karena itu, sebelum bercerita, maka orang tersebut harus memahami risikonya bahwa begitu dia membagikan rahasia pribadinya kepada publik, maka dia tidak punya kendali untuk mengontrol bagaimana cerita itu akan beredar. Karena itu jika belum siap, maka disarankan untuk tidak bercerita lebih dulu. Di sini lain, komunitas juga harus dipersiapkan. Mereka juga harus mendukung proses ini. Sekiranya kisah tersebut hanya untuk mereka, maka mereka juga berkomitmen untuk tidak menyebarkannya pada orang lain.

Agar storytelling tersebut dapat efektif, maka Al Fuertez, selaku fasilitator pelatihan menawarkan format cerita yang terdiri dari empat fase. Pada setiap pergantian antar fase diselipkan transisi.

Fase 1: Partisipan menceritakan bagaimana kehidupan sebelum peristiwa traumatik itu terjadi. Misalnya, seperti apakah kehidupan partisipan sebelum Tsunami menyapu kampung halamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun