Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pengasong di Kereta Eksekutif

4 Oktober 2010   16:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:43 1397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa bulan terakhir ini saya sering bepergian ke Jakarta dan Tasikmalaya menggunakan kereta api. Meski sebenarnya punya uang pas-pasan, saya memilih menggunakan kereta eksekutif supaya saya bisa beristirahat dan menjadi bugar ketika sampai tujuan. Dengan begitu, saya langsung bisa melakukan berbagai macam aktivitas di tempat tujuan. Dalam UU RI No.8 Thn.1999 Tentang Perlindungan Konsumen, ayat 4d,  dinyatakan bahwa konsumen punya untuk "didengar pendapat dan keluhannya." Sehubungan dengan itu, saya ingin menggunakan hak itu. Saya ingin memberikan masukan kepada PT KAI: 1. Kaca Pecah Beberapa kali saya melihat kaca jendela kereta api yang retak akibat lemparan batu warga. Ketika saya meraba kaca itu dari sebelah dalam, saya memang tidak merasakan retakan itu. Saya tidak tahu mengapa bisa begitu. Saya menduga ada dua lapis kaca di jendela penumpang. Meskipun tidak berbahaya, namun kaca yang retak itu bisa menciptakan citra buruk, terutama jika dilihat oleh orang asing.

foto: purnawankristanto

Mengapa masih ada warga yang melempari kereta? Apakah karena kecemburuan sosial? Sepertinya tidak sebab teman saya menceritakan bahwa kereta bisnis pun tidak luput dari lemparan batu. "Bahkan pernah ada yang melemparkan mercon dan meledak di dalam gerbong," ungkap teman saya, "untungnya nggak kena orang." Bagaimana mengatasi aksi pelemparan batu? Saya kira pendekatan keamanan bukan pilihan yang tepat karena PT KAI tidak mungkin menempatkan penjaga di sepanjang rel KA. Saya mengusulkan supaya PT KAI melakukan kajian sosial yang komprehensif untuk mengetahui penyebab aksi kekerasan ini. 2. Penghapusan Makan Gratis Mulai 1 Agustus 2009, PT KAI tidak lagi memberikan makanan gratis pada penumpang kereta api. namun tidak ada konsistensi alasan penghapusan ini. Menurut. Vice President Public Relations PT Kereta Api (Persero) Adi Suryatmini,”Tujuan utama penghapusan tuslah makanan dan minuman sehingga tarif KA turun adalah meningkatkan daya kompetisi tarif dari angkutan kereta dibanding angkutan lain.” Dengan penghapusan makanan gratis maka harga tiket bisa diturunkan Rp. 5.000 s/d Rp. 20.000,-

Pramugari menawarkan makanan. foto: purnawankristanto

Akan tetapi, pada berita yang lain, PT KAI menyampaikan  alasan yang berbeda. Alasan ini juga diputar berulang-ulang dalam iklan video di kereta, yaitu bahwa penghapusan makan gratis ini supaya: "penumpang lebih leluasa memilih menu makanan." Mengapa PT KAI mengubah alasan ini? Jika dihitung-hitung, uang yang dikeluarkan oleh konsumen justru akan lebih besar. Meski tiket diturunkan Rp. 20.000 (maksimal), namun penumpang harus mengeluarkan uang ekstra untuk memesan makanan di restorasi KA. Sebagai perbandingan, untuk menu sederhana seperti nasi goreng+segelas teh manis, pihak KA mematok harga Rp. 20.0000,- . Konsumen memang bisa membawa makanan dari rumah. Tapi untuk penumpang yang tidak berangkat dari rumah maka hal ini akan menjadi problem tersendiri. Sebagai contoh, jika membeli makanan dari stasiun Gambir, maka harganya juga tidak jauh berbeda. Itu sebabnya, alasan bahwa penghapusan ini untuk menurunkan tarif tiket kereta api sebenarnya hanya strategi bisnis saja. PT KAI sebenarnya ingin meraup untung dengan menjual masakan di atas kereta api.

Menu Kereta Taksaka sebelum dihapus (sumber:http://i1023.photobucket.com/albums/af357/Mrawan_jr/taksaka.jpg)

Dalam UU Perlindungan Konsumen, pasal 7b, pelaku usaha punya kewajiban untuk "memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan." Dalam hal makanan gratis ini, maka PT KAI wajib memberikan keterangan yang benar tentang alasan penghapusan makanan gratis di atas kereta.

3. Pengasong Konon salah satu kelebihan kereta eksekutif adalah bebas dari pengasong. Kereta api eksekutif selalu berhenti di stasiun Purwokerto dan Cirebon. Biasanya pedagang hanya menawarkan dagangan di sebatas pintu masuk. Kenyataanya? Mata kamera saya menangkap momen pengasong masuk dalam gerbong kereta Argo Lawu ketika berhenti di stasiun Cirebon, 4 Oktober 2010. Tidak ada petugas dari KA yang berusaha menghalau pengasong itu.

Pengasong masuk gerbong eksekutif. foto: purnawankristanto

Melihat itu, saya segera mengambil kamera dan merekam momen itu. Begitu tahu bahwa sedang dipotret, pengasong ini segera menutupi mukanya dagangannya. Selesai menawarkan dagangan pada penumpang di depan saya, pengasong ini segera menghampiri saya. Dia  menawarkan dagangannya, yang kemudian saya tolak. Dia berlalu sambil menggerutu: "Huh, sudah motret, tapi nggak mau beli." Saya sempat cemas juga. Jangan-jangan dia akan melakukan kekerasan karena saya potret tadi. Untungnya, kereta segera berangkat, sehingga dia buru-buru turun dari kereta. 4. Stop Kontak Listrik Selain kritikan, saya juga ingin memberikan apresiasi terhadap PT KAI untuk pemasangan stop kontak di samping kursi penumpang. Meski pun nampak sederhana, tapi inovasi ini memiliki fungsi yang sangat signifikan. Hampir semua penumpang kereta eksekutif memiliki handphone.  Pada waktu tertentu, daya di baterai handphone akan menurun karena digunakan untuk berkomunikasi. Untuk itu, kehadiran sumber daya listrik ini sangat berharga. Para penumpang juga membawa gadget lain seperti pemutar audio, PDA, laptop, GPS, dll. Dengan tersedianya sumber listrik, mereka dapat membunuh waktu perjalanan yang berjam-jam dengan peralatan elektronik mereka. Demikian pendapat saya tentang pelayanan kereta api. Hal ini saya sampaikan bukan untuk menjelek-jelekkan PT KAI, melainkan sebagai bagian dari alat kontrol supaya PT KAI semakin meningkatkan pelayanannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun