Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Cari Oleh-oleh di Bali

31 Januari 2010   19:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:09 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_65594" align="alignleft" width="298" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas/Ayu Sulistyowati)"][/caption] Tidak sulit mencari cendera mata khas Bali. Kalau boleh agak bombastis, hampir di setiap jengkal wilayah di Bali kita bisa mendapatkan oleh-oleh yang dapat menjadi kenangan kunjungan kita ke pulau Dewata ini. Kali ini saya akan menceritakan pusat belanja oleh-oleh yang ada di kota Denpasar yaitu Pasar Airlangga. Pusat perbelanjaan yang ada di jalan Nusakambangan ini adalah semacam supermarket oleh-oleh khas Bali. Begitu turun dari mobil, seorang karyawan tergopoh-gopoh menyambangi kami untuk membagikan selembar kupon souvenir gratis. Kupon ini dapat ditukar di kasir saat membayar barang belanjaan. Kami lalu masuk ke dalam ruangan yang maha luas. Ukurannya kira-kira sama dengan gedung hipermarket yang ada di kota besar. Bedanya, gedung ini tidak dilengkapi dengan penyejuk ruangan sehingga terasa gerah. Ada berbagai macam barang dagangan, namun didominasi oleh pakaian, mulai dari baju anak-anak sampai dengan dewasa. Tentu saja dengan model dam motif khas Bali. Selain itu dijual juga berbagai macam hasil kerajinan tangan [handy craft], seperti mainan tradisional, hiasan ukiran kayu, lilin aromatik, lukisan, dll. Ada juga makanan kahas Bali, seperti kacang tanah dan kopi. Kalau Anda pernah ke Yogyakarta, Anda tentu tidak akan merasa asing dengan berbagai macam barang yang dijual di sini. Hampir semuanya mirip, hanya berbeda dalam motif dan model saja. Keuntungan berbelanja di sini adalah soal kepraktisan. Dengan berkunjung ke satu tempat, kita dapat memilih berbagai macam jenis oleh-oleh. Selain itu, harga yang dicantumkan juga harga mati. Tidak bisa ditawar lagi. Bagi wisatawan yang kurang lihai menawar, atau sering tidak tegaan, hal ini menguntungkan karena mereka akan mendapat harga yang sudah pasti. Situasi yang berbeda akan kita jumpai di pasar Sukawati. Pasar tradisional ini letaknya berada pada arah perjalanan dari Denpasar menuju Ubud. Dua tahun yang lalu, saya pernah berkunjung ke sini bersama dengan teman-teman satu angkatan dalam Pelatihan Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat. Saat itu kami mengingap di Sanur. Untuk pergi ke pasar Sukowati, kami rama-ramai menyewa taksi dengan tarif borongan Rp. 150.000,- pulang-pergi. Ongkos itu ditanggung secara ramai-ramai. Untuk menghemat ongkos, maka satu taksi dijejali enam penumpang. Pasar Sukawati menempati bangunan dua lantai yang dikapling-kapling membentuk kios-kios. Untuk berbelanja di sini, wisatawan harus lihai dalam menawar. Tips dasarnya adalah menawar hingga di bawah dari separih harga yang disebutkan pertama kali oleh penjualnya. Jangan tunjukkan muka pengin. Pura-pura cuek saja, meski hati kecil sangat menginginkan barang itu. Jika pedagang pelit menurunkan harga, pura-puralah meninggalkan dia menuju kios lain. Biasanya pedagang akan memanggil kita kembali. Dia akan meminta tambahan harga sedikit atau membujuk kita membeorong dalam jumlah banyak. Dalam hal ini teguhkanlah iman Anda. Jangan goyah. Keuntungan lain berbelanja di pasar Sukawati adalah kesempatan berinteraksi dengan penduduk Bali. Kesempatan ini tidak Anda temui di pasar Airlangga, karena Anda hanya berhadapan dengan barang-barang dagangan dan wajah kasir yang beku. Kalau mau menyisihkan waktu, Anda pun dapat berkunjung ke bengkel-bengkel kerja seniman tradisional yang banyak tersebar di sekitar pasar. Sukawati termasuk salah satu pusat aktivitas kebudayaan di pulai Bali. Pada zaman dahulu, seorang raja mengumpulkan para seniman terbaik dari seluruh penjuru negeri untuk dikaryakan membangun sebuah istana megah di wilayah Sukawati ini. Sebenarnya masih ada satu pasar oleh-oleh yang tak kalah menariknya yaitu Pasar Fair Trade di Sanur. Sayang sekali saya belum sempay berkunjung ke sana. Pasar fair Trade memiliki ciri khas dalam pola hubungan kemitraan antara pengrajin dengan penjual. Jika dalam pola perdagangan biasa, pedagang punya otoritas mutlak dalam menentukan harga, maka dalam fair trade ini harga sebuah produk ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pengrajin dan penjual. Dengan demikian, pengrajin mendapatkan imbalan yang layak. Kelebihan lainnya adalah soal kelestarian lingkungan. Pengrajin-pengrajin yang bergabung dalam jarungan fair trade ini didorong untuk memperhatikan aspek pelestarian lingkungan dalam mencari bahan baku maupun dalam proses berkarya. Berikut ini video klip saya tentang Pasar Airlangga

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun