Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Tobat dan Murtad

30 Januari 2014   01:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:20 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13910171551652266616

Batas antara tobat dan murtad itu absurd. Tergantung dari sisi pandang. Orang yang dianggap bertobat oleh satu kelompok agama, dapat dianggap murtad oleh kelompok lain.  Masalah keimanan seseorang memang bersifat pribadi karena menyangkut relasi personal antara manusia dengan Tuhannya. Akan tetapi tak dapat dipungkiri bahwa perpindahan agama seseorang juga berdimensi sosial. Perpindahan sosial ini menimbulkan kontraksi di antara kelompok yang ditinggalkan maupun kelompok yang dimasuki.

Saya mencoba akan mengungkapkan pandangan saya dalam perspektif iman saya, yaitu Kristen. Jika ada ada orang yang meninggalkan iman Kristen dan merasuk iman lain, maka dalam pemahaman saya ada dua sebab:

Pertama, orang tersebut memang tidak mendapat anugerah keselamatan dari Allah, atau

Kedua, orang tersebut menolak tawaran anugerah keselamatan dari Allah.

Saya menjelaskan secara singkat tentang konsep keselamatan dalam iman Kristen.  Sejak Adam dan Hawa melanggar larangan dari Allah, maka sejak saat itu manusia jatuh ke dalam dosa dan harus dihukum oleh Allah. Akan tetapi melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib, maka manusia dapat diselamatkan dari hukuman dosa.

Manusia mendapatkan keselamatan jika dia mendapat anugerah atau hadiah dari Allah. Manusia tidak dapat mengupayakan keselamatan itu. Jika Allah memutuskan untuk tidak memberikan keselamatan kepadanya, maka orang itu tidak dapat mengejarnya. Itu adalah hak dan kedaulatan Allah. Di sisi lain, manusia dapat saja menolak pemberian keselamatan dari Allah. Tuhan tidak pernah memaksa seseorang untuk menerima pemberian keselamatan-Nya.

Dengan perspektif ini, maka ketika seseorang meninggalkan iman Kristen, maka hal tersebut merupakan urusannya dengan Tuhan. Saya tidak punya hak untuk berada di tengah-tengah relasi itu. Yang bisa saya lakukan adalah mendoakannya dan tetap mengasihinya. Saya berdoa jika dia sedang menolak anugerah Tuhan maka dia bersedia untuk menerima hadiah itu. Atau jika Allah tidak memberikan anugerah keselamatan kepadanya, maka saya akan berdoa kepada Tuhan agar Tuhan berkenan memberikan hadiah keselamatan itu kepadanya.

Di sisi lain, saya tidak menutup kemungkinan bahwa orang tersebut akan menemukan hidayah di agama lain. Saya melihat ada orang-orang yang sewaktu beragama Kristen hidupnya serampangan. Namun begitu berpindah agama, dia menjadi orang yang saleh dan taat beribadah. Maka saya mensyukuri perubahan hidup orang  itu.

Lalu bagaimana jika ada orang lain yang pindah ke agama Kristen? Tentu saja saya menyambutnya dengan sukacita. Akan tetapi saya tidak setuju kalau dia kemudian menjelek-jelekkan agamanya yang lama. Mengapa? Karena sekali lagi dalam iman Kristen, keselamatan itu bukan karena upaya manusia. Seseorang diselamatkan bukan karena kuat, hebat, atau kepandaiannya.  Semua itu karena kemurahan hati Allah. Karena itu tidak ada seorang Kristen pun yang boleh memegahkan atau menyombongkan diri.

Demikian sharing saya. Saya tidak ingin memicu perdebatan antar agama. Jika Anda ingin men-sharingkan iman Anda, saya akan membacanya dengan sukacita dan ikhlas. Setiap agama punya kebenaran dan saya terbuka untuk mengetahui sharing iman dari agama lain. Salam perdamaian!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun