Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

[Jurnal Hanoi] Pagoda Satu Pilar Terinspirasi oleh Mimpi

31 Oktober 2013   00:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:48 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaisar Ly Thai To, yang berkuasa tahun 1028-1054, sudah sangat lama mendambakan memiliki anak yang dapat mewarisi tahta dari dinasti Ly. Dengan sungguh-sunguh dia mendaraskan doa permintaan kepada sang Budha. Suatu malam, sang kaisar bermimpi didatangi oleh Bodhisattva Avalokiteshvara. Junjungannya yang sedang duduk di atas bunga teratai besar berbentuk segi-empat itu menyerahkan anak-anak lakui-laki kepada kaisar. Setelah itu, kaisar menikahi seorang gadis petani yang kemudian melahirkan anak laki-laki. Sebagai ungkapan syukurnya, maka kaisar memerintahkan pembuatan kuil pada tahun 1049. Uniknya, kuil ini harus menyerupai dengan bunga teratai seperti yang ada di dalam mimpi kaisar. Kaisar menanam sebuah pilar tunggal berdiameter 1,25 m di tengah-tengah kolam. Pada bagian atasnya terdapat sebuah bangunan kayu yang  ditopang oleh penyangga-penyangga kayu. Kuil ini menyerupai bunga teratai yang menyeruak dari dalam kolam. Dalam keyakinan Budha, teratai adalah simbol dari kesucian karena tetap bersih meski tumbuh dari dalam lumpur. Ada sebuah tangga batu yang menghubungkan antara pinggir kolam dengan bangunan kuil. Setelah selesai pembangunannya, pagoda ini diberi nama  resmi Diên Hựu tự. Artinya "Semoga selalu bahagia dan beruntung." Setiap tahun, yaitu pada hari taya Waisyak, sang kaisar mengadakan ritual mandi di kolam ini kemudian melepaskan seekor burung, yang kemudian diikuti oleh orang banyak.

138313604177314321
138313604177314321
Parno Pagoda ini berada di dalam kompleks istana kepresidenan Vietnam.  Pada bagian depan terdapat bangunan megah mausoleum atau tempat untuk menyimpan jasad Hao Chi Minh yang diawetkan. Dia adalah bapak bangsa Vietnam. Sayangnya, saat berkunjung ke sana, mausoleum ini ditutup untuk kunjungan turis karena sedang mengalami renovasi. Pada kompleks ini juga terdapat istana kepresidenan.  Maka tak heran kalau ada beberapa pos penjagaan milik Paspamres (pasukan pengamanan presiden). Sebelum turun dari bis, pemandu wisata kami yang bernama Khan, mewanti-wanti agar menyimpan kamera di dalam tas. "Penjagaan keamanan di sini sangat ketat.  Kalau paspamres melihat benda-benda yang mencurigakan, maka mereka mungkin akan menyita milik Anda," pesan Khan dengan serius. Sontak kata-kata Khan ini membuat kami menjadi 'parno' (paranoid). Apalagi ditambah bayangan kesangaran tentara Vietnam seperti yang digambarkan dalam film-film Hollywood (barangkali kami telah menjadi korban propaganda Amerika). Maka ketika kami berjalan masuk, anggota rombongan yang biasanya cengengesan dan penuh canda, berubah menjadi sangat tertib.

13831361821064502202
13831361821064502202
Sesampai di kuil, untuk sesaat kami masih cemas dengan peringatan tadi. Sesekali, saya nyolong-nyolong memotret dengan handphone.  Selebihnya, bersama dengan Agustina Sugianto, sesama blogger pemenang lomba jalan-jalan bersama Silk Air, kami duduk-duduk di sekeliling kolam yang asri dan teduh. Pada bagian belakang pagoda terdapat pohon bodhi, yang ditanam oleh presiden India, Rajendra Prasad. Konon, pohon ini berasal dari batang pohon bodhi tempat sang Budha Gautama duduk di bawahnya saat mendapat pencerahan.
1383139766827050708
1383139766827050708
Renovasi Setelah pagoda ini berumur 56 tahun, kaisar  Lý Nhân Tông merenovasinya. Tepatnya pada tahun 1105. Emoat tahun kemudian, dia ingin memasang lonceng pada pagoda. Sayangnya ukurannya terlalu besar dan berat sehingga tidak mungkin terpasang. Lonceng itu dibiarkan tergeletak di sebuah tanah pertanian di dekat kuil  Nhất Trụ. Di tempat ini, terdapat banyak populasi kura-kura sehingga lonceng itu dijuluki  "Quy Điền chung," yang artinya lonceng ladang kura-kura. Pada tahun 1426, balatentara kaisar Ming dari Cina menyerbu Vietnam. Dia memerintahkan agar lonceng tersebut dilebur dan digunakan untuk bahan pembuatan senjata perang. Pada tahun 1954, tentara Perancis membumihanguskan pagoda ini sebelum keluar dari Hanoi dalam perang Indochina I. Bangunan yang terlihat sekarang ini adalah replika dari bangunan asli yang sudah dilalap api. Tidak hanya oleh bangsa asing. Pagoda ini juga nyaris dimusnahkan lagi oleh bangsa Vietnam sendiri pada tahun 1970-an. Georges Boudarel and Văn Ký Nguyêñ menulis di dalam buku  Hanoi: City of the Rising Dragon bahwa pejabat senior pemerintah Vietnam berniat menggusur pagoda ini karena tidak selaras dengan mausoleum dan peninggalan rumah  Ho Chi Minh, yang ada di dekatnya. Seorang sejarawan berna,a  Tran Quoc Vuong memprotes rencana ini. Mula-mula banyak orang yang mencemooh penentangan ini, tapi lama-kelamaan aksi ini membesar sehingga pemerintah diam-diam mengurungkan niat membongkarnya sampai sekarang. Tips Masyarakat setempat percaya bahwa berdoa di tempat ini dapat mendatangkan keberuntungan. Khususnya bagi perempuan, dapat memperoleh kesuburan. Pagoda ini buka setiap hari dari pukul 8-17. Pengunjung tidak perlu membayar tiket masuk. Tempat ini dapat menjadi tempat beristirahat setelah Anda mengunjungi Mausoleum dan hendak menuju museum kepresidenan. Suasananya cukup teduh. Ada beberapa kios yang menjual minuman dan makanan ringan. Ada juga toilet umum yang cukup bersih. Anda hanya membayar 2.000 dong (sekitar 1.000 rupiah). Sebainya Anda berpakaian dengan sopan karena akan mengunjungi tempat ibadah. Saat melewati petugas paspamres, berjalanlah dengan wajar dan sesuai dengan jalur yang telah ditentukan. Tulisan terkait:
  1. Power of Ndilalah
  2. Adu Akting dengan Nadine Chandrawinata
  3. Dikatai “Pelit” oleh Orang Vietnam
  4. Patung Emas di Pagoda
  5. Pagoda Satu Pilar Terinspirasi oleh Mimpi
  6. Museum Pendidikan di Vietnam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun