Dengan materi pebulu tangkis yang ada saat ini, Indonesia selalu membidik dua poin dari nomor ganda dan satu poin dari nomor tunggal. Nomor ganda selalu dijadikan andalan utama. Demikian pula di turnamen beregu campuran, Sudirman Cup, lagi-lagi nomor ganda menjadi andalan. Ke depannya, strategi ini perlu diubah. Indonesia tidak cukup mengandalkan nomor ganda saja. Nomor tunggal juga harus dijadikan andalan meraih poin. Peluang ini ada pada nomor tunggal putra.
Sejauh ini, jam terbang yang diberikan PBSI bagi tunggal putra Indonesia sudah sangat baik. Jam terbang yang diberikan beberapa waktu belakangan ini cukup membuahkan hasil. Salah satu indikator keberhasilan yang paling mudah adalah lewat peringkat dunia. Ihsan, Jonatan, dan Anthony saat ini memiliki peringkat dunia yang jauh lebih baik dibandingkan setahun lalu. Dengan peringkat dunia yang diraih saat ini, ketiganya dapat langsung bertanding di level superseries, tanpa melewati babak kualifikasi. Dari sisi stamina, hal ini menguntungkan. Di samping itu, mereka juga berpeluang bertemu pemain-pemain unggulan sehingga dapat menempa kemampuan mereka.
Tepat di bulan Mei, tahun depan, turnamen Sudirman Cup akan digelar di Gold Coast, Australia. Di nomor tunggal putra, Indonesia akan kembali bertumpu pada pebulu tangkis muda yang ada saat ini. Semoga waktu satu tahun ke depan dapat lebih mengasah kemampuan mereka, sehingga di turnamen Sudirman Cup tahun depan, tunggal putra Indonesia dapat “berbicara” lebih keras.
Selamat atas medali peraknya, tim Thomas Indonesia. Terima kasih atas perjuangannya. Hasil sebagai finalis bukanlah capaian yang buruk. Setidaknya, dengan menjadi finalis di belakang Denmark, putra-putra Indonesia telah membuktikan diri menjadi yang terbaik di Asia.
Alur Laut, 22 Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H