Beberapa waktu yang lalu, saya diminta nantulang (panggilan keponakan pada istri dari saudara laki-laki mama dalam adat Batak), yang sedang menyusun karya tulis ilmiah, untuk membuat panduan cara penomoran halaman. Permintaan ini diajukan bukan karena nantulang tidak tahu cara menomori halaman. Nantulang kesulitan untuk menomori halaman dengan format berbeda dalam satu file, misalnya menomori halaman Kata Pengantar dengan format angka romawi kecil dan menomori halaman awal Bab I dengan angka arab. Tidak hanya itu, nantulang pun kesulitan dalam menomori halaman dengan posisi berbeda dalam satu file.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah, nomor halaman awal Bab harus terletak pada bagian bawah (footer) tengah halaman, sedangkan nomor halaman berikutnya terletak pada bagian atas (header) pojok kanan halaman. Nah, nantulang kesulitan menomori halaman dengan posisi berbeda ini. Sebetulnya kesulitan ini bisa disiasati dengan cara ‘memecah’ karya tulis tersebut menjadi beberapa file, untuk satu format penomoran yang sama. Contohnya: halaman cover, yang tidak diberi nomor, dibuat satu file; halaman Daftar Isi, yang dinomori dengan angka romawi kecil, dibuat satu file; halaman awal Bab I, yang dinomori dengan angka arab pada bagian footer, dibuat satu file; halaman selanjutnya dari Bab I, yang dinomori dengan angka arab pada bagian header, dibuat satu file. Namun, dengan ‘memecah’ file tersebut, pembuatan dokumen menjadi tidak efisien. Pembuatan daftar isi pun tidak bisa dilakukan secara otomatis jika tidak dalam satu file.
Permintaan nantulang membuat saya membokar lipatan-lipatan ingatan di otak. Saya kembali teringat masa-masa menyusun skripsi tempo dulu. Seperti nantulang, saya pun kesulitan dalam menomori halaman skripsi kala itu. Namun seingat saya, akhirnya saya berhasil menomori halaman dengan format berbeda dan posisi berbeda dalam satu file. Untuk lebih meyakinkan, saya buka file skripsi saya. Ternyata benar, saya berhasil! Namun ada yang aneh: nomor di halaman awal Bab I saya buat dalam bentuk angka yang ditempatkan dalam kotak tanpa border. Ah, trik apa pula ini? Yang lebih payah lagi: saya tak lagi mengingat bagaimana cara menomori halaman seperti yang dulu saya lakukan pada skripsi itu! Setelah berulangkali mempelajari pengaturan pada skripsi-dan tidak jua menemukan jawaban-akhirnya saya putuskan untuk meminta batuan ‘Ompung Google’. Dari beberapa artikel yang ‘Ompung Google’ sodorkan, ada satu artikel yang pas untuk menjawab permintaan nantulang. Ini tautannya. Lebih rinci saya ceritakan lewat baris-baris di bawah ini.
Ketentuan
Cara penomoran ini dilakukan pada satu file. Bila file masih terpisah-pisah, disatukan terlebih dahulu, tanpa penomoran halaman.
- Urutan halaman yang digunakan sebagai contoh, sebagai berikut.
- Cover.
- Kata Pengantar.
- Daftar Isi.
- Daftar Gambar.
- Bab I.
- Bab II.
- Bab III.
- Daftar Pustaka.
Tanda “>” pada langkah-langkah di bawah ini menunjukkan urutan selanjutnya yang harus dilakukan atau diklik.
Cara Memberi Nomor Halaman (Beda Format dan Beda Posisi)
Langkah-langkah memberi nomor halaman dengan format berbeda dan posisi berbeda adalah sebagai berikut.