Gambar. Ayu Veronika Somawati (Sumber: Dialektika HMPS Filsafat Hindu)
Berwarnanya kehidupan kampus begitu beragam dengan berbagai interaksi yang terjadi. Corak-corak interaksi terlihat dengan toleransi. Kita banyak mengenal teman seangkatan, staff kampus bahkan dosen. Mengetahui istilah dosen tidak lagi asing di pendengaran kita. Tentunya masing-masing dosen memiliki ciri karakteristik yang berbeda-beda dari segi perilaku, cara bernalar hingga cara mengajarnya. Di era modern ini tidak jauh-jauh dari yang namanya perilaku menyimpang, bahkan dosen bisa juga menyimpang dan cenderung lebih memiliki karakter malas dan tidak disiplin mengajar. Mungkin kita mengetahui pastinya bahwa semua orang memiliki kesibukannya masing-masing, akan tetapi mementingkan pendidikan para peserta didik khusunya mahasiswa adalah hal yang paling utama sebagai kewajiban seorang dosen. Setelah diajarkan oleh banyaknya dosen di kampus, pasti kita tidak asing lagi dengan sifat dan mengajar beliau. Menjadi seorang dosen tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, lantas bagaimanakah perjalanan dan proses untuk mengejar gelar tersebut?
Ayu Veronika dikenal sebagai dosen yang ramah, tidak hanya ramah dalam artian baik hati dan budi bahasanya. Tetapi ramah dalam mengajar dan memberikan tugas. Sebagai salah satu kriteria yang tertanam dalam dirinya adalah profesional, sisi positifnya menjadikan karakter idaman sebagai teladan semua orang. Sifat disiplin, bertanggung jawab, berfikir logis dan sistematis telah melekat dalam jiwanya. Sebagai salah satu mahasiswa yang diajar oleh Ayu Veronika merasa kagum dan termotivasi untuk lebih disiplin, berpikir secara critical thinking, creative dan mempunyai karakter problem formulation. Saat memberikan materi Ayu Veronika terkadang menunjuk mahasiswanya untuk berani berbicara dan mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran mahasiswa tersebut. Hal tersebut akan mampu mendorong mahasiswa untuk lebih berani berbicara di dalam kelas bahkan diluar kelas nantinya. Maksud dari kata berani disini yaitu mengacu untuk berani dalam speak up di khalayak ramai nantinya jika suatu saat mengikuti acara atau event tertentu. Cara mengajar seperti itu membuat mahasiswa lebih senang mengikuti perkuliahan ditambah dengan games kecil yang diberikan akan memudahkan jalannya komunikasi antara dosen dan mahasiswa. Ayu veronika cenderung mengajar dengan system student centre, saat awal perkuliahan selalu memberikan Tanya jawab terlebih dahulu mengulas materi sebelumnya. Dengan begitu mahasiswa dapat lebih memahami materi dan bisa diingat dalam jangka panjang.
Ayu Veronika Somawati yang bergelar M.Fil.H. yang kerap disapa Bu Vero, lahir di Soe, Nusa Tenggara Timur, berasal dari gen campuran yang unik. Beliau merupakan putri pertama dari pasangan I Nengah Sujana dengan Elisabeth Binsai. Seseorang perempuan tangguh yang penuh dengan rasa keingintahuannya tentang ajaran-ajaran filsafat. Dari hatinya, menjadi seorang dosen adalah pekerjaan yang sangat mulia dan menyenangkan. Sebelum meraih gelarnya yang mulia, perlu melewati berbagai rintangan hidup.
Pada tahun 2011, Ayu Veronika menyandang gelar sarjananya, S.Fil.H. di Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Di tahun yang sama, Ayu Veronika bekerja sebagai penyuluh Agama Hindu Non PNS Kankemenag Bangli. Pernah juga menjadi tenaga pengajar di yayasan Pasraman Gurukula Bangli. Banyak prestasi yang pernah diraih oleh Ayu Veronika, salah satunya adalah penyuluh berprestasi Kemenag Kabupaten Bangli di tingkat provinsi, selain itu beliau juga mendapatkan juara dua kali berturut-turut juara 3 kategori dewasa putra-putri dengan menghapal sloka utsawa dharma gita Provinsi Bali pada tahun 2015 dan tahun 2016. Sebelum meraih prestasi tersebut, Ayu Veronika melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 dan wisuda pada tahun 2014 dengan gelar M.Fil.H. Beberapa problematika kehidupan Ayu Veronika alami dan bisa terlewati dengan tekad yang begitu menggebu-gebu. Selain prestasi yang diraih, Ayu Veronika juga mengikuti berbagai macam pelatihan.
Di umur yang begitu muda, Ayu Veronika mengikuti kursus pelatih nasional tahun 2009 di Rindam IX Brawijaya, menjadi kompleter di Kumon pada tahun 2014 subjek bahasa inggris dan banyak pelatihan-pelatihan yang diikuti berkaitan dengan Kementrian Agama Hindu. Namun pada masa-masa perjuangan Ayu Veronika setelah sarjana, ibu dari beliau meninggal dunia pada tahun 2017, hal tersebut membuat beliau sangat sedih dan merasa kehilangan sosok yang paling istimewa dalam hidupnya. “Pada dasarnya, masa tersulit seorang anak adalah saat orang tuanya meninggal dan kita belum bisa memberikan kebahagiaan sepenuhnya” ucap Ayu Veronika dalamm wawancara. Walaupun seperti itu Ayu Veronika tidak pernah menyerah, dan terus berjuang hingga menjadi seorang dosen. Seperti yang dikatakan oleh Ayu Veronika Life Must Go On. Jangan pernah menyerah dalam menghadapi segala sesuatu karena hal baik akan selalu datang pada masanya.
Sepatah dua patah kata bahkan lebih Ayu Veronika titipkan sebagai acuan untuk kita semangat kuliah: “Belajarlah mengutamakan skala prioritas. Tentukan hal yang paling penting terlebih dahulu dan mana yang tidak perlu mendapatkan effort lebih. Jika hal tersebut bukan sesuatu yang urgent bisa lebih dikesampingkan.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H