Klub Liga Primer Inggris, Chelsea, telah memastikan gelar juara Liga Primer Inggris meskipun liga masih menyisakan 3 pertandingan lagi. Jarak poin dengan peringkat kedua sudah tidak mungkin lagi terkejar oleh para klub penghuni peringkat di bawahnya. Tetapi seperti ujar-ujar yang ada, there will be hatters (even) when you are in top position. Kalau dalam peribahasa Bahasa Indonesia mungkin mirip dengan “semakin tinggi pohon, semakin tinggi angin yang menerpanya”. Selalu saja akan ada yang tidak menyukai kesuksesan kita. Dalam konteks ini adalah kegemilangan Chelsea. Meskipun dari segi peringkat di Liga dan poin yang sudah diraih menunjukkan bahwa Chelsea musim ini lebih baik dibandingkan 19 klub lainnya di Liga Primer Inggris, tetap saja ada yang menghujat Chelsea terkait cara mereka bermain, yaitu permainan yang membosankan.
Permainan Chelsea musim ini dianggap membosankan, tidak atraktif dan kurang menarik untuk ditonton. Terutama, jika saya lihat, pada paruh kedua musim ini hujatan tentang permainan membosankan Chelsea mulai muncul. Chelsea secara permainan tim dianggap tidak menyungguhkan permainan atraktif nan menghibur bagi para penikmat kulit bundar. Permainan dengan pertahanan yang amat ketat (dalam banyak pertandingan sering disebut dengan “parkir bus) dan dikombinasikan dengan sesekali melancarkan serangan balik nan efektif menjadi andalan tim besutan manajer Jose Mourinho musim ini. Parkir bus dan serangan balik yang menjadi andalan dianggap menjadi jenis permainan membosankan oleh banyak fans sepak bola terutama fans dari klub lawan.
Tetapi pertanyaan besarnya adalah apakah memang permainan Chelsea membosankan? Jika boleh jujur, sayapun tidak bisa menjawab pertanyaan ini dengan objektif karena selera saya terkait gaya permainan sepak bola. Apalagi jika kita menanyakan ini kepada banyak orang, tentunya akan makin beragam lagi jawaban yang muncul.
Tapi saya akan akan sedikit membahas dan mungkin memberikan sedikit opini saya terkait permainan Chelsea yang katanya membosankan itu. Gaya permainan Chelsea musim ini tentunya datang dari sang juru taktik, Jose Mourinho. Jika kita mengikuti rekam jejak Mourinho selama menjadi pelatih sepak bola, gaya permainan Chelsea musim ini merupakan tipikal gaya permainan yang kerap diterapkan Mourinho kepada timnya. Tipe permainan dengan pertahanan ketat dan mengandalkan serangan balik di kala lawan sudah lengah. Sedikit tambahan, Mourinho juga kerap menurunkan tempo permainan timnya jika dirasa timnya sudah unggul. Karena mengandalkan pertahanan dan serangan balik, permainan seperti itu dianggap membosankan. Alasannya, jika saya lihat, karena dianggap akan sedikit gol yang tercipta karena minimnya serangan dilakukan. Apalagi dengan tipikal Mourinho yang kerap menurunkan tempo permainan jika sudah unggul untuk mengulur waktu menjadikannya semakin dianggap membosankan.
Banyak orang yang menyalahkan Mourinho atas tidak menariknya permainan Chelsea musim ini. Tetapi hal itu sudah menjadi tipikal permainan Mourinho selama ini. Sejauh yang saya lihat selama ini, Mourinho selalu menerapkan gaya permainan yang sama pada tim yang diasuhnya meski dengan pola yang sedikit berbeda-beda. Mulai dari FC Porto, Chelsea (masa pertamanya), Inter Milan, Real Madrid dan sekarang kembali di Chelsea. Bahkan pada masa bakti pertamanya di Chelsea, dia pernah disinggung soal gaya permainannya tersebut. Tetapi karena saat itu euforia juaranya Chelsea setelah sekian lama tak juara sepertinya menutupi hal tersebut. Barulah pada musim berikutnya saat dia berselisih paham dengan pemilik klub, Roman Abramovich, isu itu mencuat kembali. Akhirnya Moruinho keluar dari Chelsea dan berlabuh di Inter Milan. Saat di Inter Milan, saya tidak banyak mendengar kabar miring terkait gaya permainan yang diterapkannya disana. Tetapi saya tengarai, mungkin karena Bos Besar Inter Milan juga sama rasionalnya dengan Mourinho. Asalkan timnya bisa menang dan juara, tidak masalah permainan apa yang diterapkan. Apalagi Mourinho berhasil mepersembahkan gelar yang selama ini membuat Moratti, pemilik Inter Milan, penasaran, yaitu gelar juara Liga Champions Eropa.
Permasalahan kembali muncul saat dia didapuk menjadi pelatih di Real Madrid. Diberi tugas untuk menghentikan dominasi Barcelona saat itu yang seakan tak terhentikan menjadi tugas utama Mourinho. Dominasi memang bisa dihentikan, terutama saat Real Madrid akhirnya dibawanya juara Liga Primera Spanyol di akhir masa baktinya disana. Tetapi saat penghujung karirnya di Real Madrid sudah mulai banyak komentar miring, terutama dari fans Real Madrid sendiri. Permainan Mourinho yang mengandalkan serangan balik efektif tetap dianggap membosankan meskipun bisa mempersembahkan gelar. Bagi para Madridista, tidak cukup hanya menang saja dalam sebuah pertandingan. Tetapi sebuah kemenangan harus diperoleh melalui permainan nan atraktif. Hal itu seperti sudah menjadi “aturan tak tertulis” bagi para pelatih Real Madrid untuk menyajikan permainan nan atraktif. Tetapi dasarnya Mourinho adalah pribadi yang keras, dia tetap pada filosofi permainannya asalkan dia bisa meraih kemenangan dan gelar. Dan memang pada akhirnya dia selalu berhasil memberikan gelar pada tim yang diasuhnya.
Hal itu, kembali lagi dia lakukan di Chelsea musim ini. Pada masa bakti keduanya di Chelsea, tidak banyak perubahan pola permainan yang dilakukannya. Bahkan jika saya lihat, pertahanan Chelsea dibuatnya makin ketat. Pendukung Chelsea seharusnya sudah tahu resiko dari menjadikan Mourinho sebagai manajer mereka apalagi mereka pernah merasakan polesannya sebelumnya. Jangan pernah harapkan Mourinho untuk bermain menyerang nan atraktif. Tetapi sepertinya, pendukung Chelsea sudah mulai seperti pendukung Real Madrid. Mereka berharap lebih pada timnya. Mereka tidak hanya ingin Chelsea menang tetapi mulai menuntut permainan nan atraktif ditunjukkan oleh pemain-pemain Chelsea.
Jadi apakah permainan Chelsea atau Morinho itu membosankan? Jawabannya iya jika anda adalah pendukung permainan menyerang nan atraktif. Dan tentunya akan sangat iya jika anda adalah pendukung klub rival Chelsea. Karena sebagus apapun permainan Chelsea, sebagai pendukung klub lawan, tentunya akan sulit menilai permainan Chelsea sebagai permianan yang menyenangkan.
Tetapi akan menjadi tidak jika adalah tipe pendukung klub sepak bola yang berorientasi pada hasil. Permainan yang dibawakan Morinho selama ini terbukti ampuh memberikan gelar bagi tim-tim yang diasuhnya. Sehingga jika orientasinya hasil dan gelar, permainan Chelsea tentunya tidak membosankan. Jadi pada akhirnya memang akan selalu ada dua pihak bertentangan tentang suatu hal. Pertanyaannya sekarang justru berubah, berada di pihak manakah anda sekarang? Tetapi yang manapun pilihan anda, selamat untuk Chelsea yang menjadi juara Liga Primer Inggris musim 2014/2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H