We have integrity when what people see is the same as who we say we are.
Kalimat tersebut harus terpatri dalam setiap orang baik dalam kehidupan sebagai insan sosial ataupun dalam menjalankan organisasi bisnis, khususnya kita baik sebagai pegawai ataupun etrepeneur. Yes, integritas adalah kunci, dimana merupakan konsistensi dan memahami tujuan serta terbuka dan jujur menghadapi persoalan-persoalan.Â
Meskipun integritas ini mudah dibicarakan secara teori namun sulit dijalankan secara prakteknya. Salah satu yang menjadi hot issue di lingkungan kita adalah tentunya mengenai gratifikasi. Gratifikasi bisa masuk ke segala penjuru bisnis, dari hulu ke hilir, atas ke bawah atau sebaliknya. Gratifikasi merupakan suatu penyakit organisasi, yang jika ditarik ke dalam persoalan bangsa, adalah penyebab utama kemiskinan dan rendahnya tingkat ekonomi Negara.
Saat ini di Indonesia tentu mengalami resiko yang tinggi terkait dengan gratifikasi. Gratifikasi bisa dilaksanakan oleh pihak yang berkepentingan seperti vendor, pengajuan ijin, pengajuan sertifikasi, atau terkait kepentingan birokrasi. Tingginya risiko terhadap gratifikasi disebabkan bahwa peran dan output dari Bohir atau pemilik kewenangan yang sangat strategis bagi stakeholder .Â
Sebagai contoh adalah pada proses pengadaan dimana vendor mengupayakan segala cara untuk menjadi pemenang lelang, atau untuk lingkup yang lebih kecil yaitu pada proses mengurus surat-surat tertentu agar dipercepat sehingga mengeluarkan biaya di luar yang telah ditetapkan.
Gratifikasi tidak hanya menerima tetapi juga memberi, artinya kita sebaga individu diwajibkan juga untuk tidak memberi kepada instansi di luar peraturan yang berlaku dalam rangka memuluskan suatu kepentingan.
Jadi bisa kah kita memiliki integritas? Tentu bisa...diawali dengan niat mendapatkan rizki Lillahi ta'alla dan ikhtiar sesuai yang telah diatur oleh peraturan .
Yes, saya sadar bahwa saya bukan orang yang benar-benar bersih, tetapi saya yakin "Without integrity, motivation is dangerous; without motivation, capacity is impotent; without capacity, understanding is limited; without understanding, knowledge is meaningless; without knowledge, experience is blind".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H