Mohon tunggu...
Puri Dewayani
Puri Dewayani Mohon Tunggu... -

Would love to quote: "Hanya orang egois yang menyimpan sendiri tulisannya."\r\nBecause it's the love that you have to spread.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sex-Offenders Dalam Komplek Semakin Marak

26 Mei 2012   13:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:45 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya kejadian yang saya alami ini terjadi minggu lalu. Namun karena banyaknya kesibukan yang diisi tugas-tugas sekolah serta upaya sendiri menambah uang jajan, saya baru menuliskannya disini, walau dari awal saya sudah berniat membagikan pengalaman saya kepada kompasianers lain. Yah, sebagai bahan renungan dan sebagai bahan agar kita selalu waspada, terutama bagi remaja lain.

Jadi hari minggu lalu diawali oleh saya yang berjanjian dengan seorang kawan untuk bertemu di depan klinik yang terletak di depan komplek. Jadilah sekitar jam sebelas pagi yang sudah cukup terik itu, saya keluar rumah berjalan kaki. Dengan mengenakan pakaian rumahan seadanya, hanya polo shirt dan celana pendek rumahan. Pertemuannya hanya berlangsung sebentar, karena memang tujuannya hanya mengantarkan barang yang ia pesan. Dan setelah itu, segera saya berjalan lagi pulang ke rumah. Saat berjalan dalam posisi yang tidak terlalu jauh dari rumah, tiba-tiba ada suara motor dari belakang. Saya yang berjalan agak ke tengah jalan langsung menyingkir ke sebelah kanan jalan. Yang tidak diduga, pria yang menaiki motor tersebut menyibakkan rambut panjang saya yang tergerai dan menyentuh pundak depan saya. Hal itu berlangsung sangat cepat. Pria yang tak mengenakan helm itu langsung kabur, dan dari tampak belakang saya hanya bisa mengingat jaket abu-abu dan rambut cepaknya.

Saya tetap berjalan, walau lebih pelan. Bingung apa yang sebenarnya mau ia lakukan. Namun akhirnya saya mengerti. Ia tadi berusaha mencoba menyentuh dada saya. Hal yang menjijikkan. Padahal jalanan komplek juga tidak sepi seutuhnya. Instantly, saya langsung merasa sebal. Di sisi lain, merasa beruntung juga karena sasarannya meleset. Mungkin karena dada saya memang tertutup rambut.

Sesampainya di rumah, saya bercerita pada Ibu dan seorang teman. Teman saya pun juga turut menceritakan kisah sex offender dalam komplek, namun jauh lebih menyeramkan. Kakak sepupunya yang pernah tinggal di rumahnya pernah diterror oleh seorang sex offender yang gemar menunjukkan alat kelaminnya. Pria itu mengikutinya sampai rumah dan sangat sering menampakkan dirinya, secara berturut-turut dalam jangka waktu yang cukup lama. Namun pria ini memakai helm dan mengenakan pakaian tertutup secara lengkap agar tak diketahui identitasnya. Sementara ibu saya menyarankan selalu mengenakan pakaian serba panjang jika hendak keluar rumah sendiri, walau tujuannya dekat.

Jika sudah begini, sudah susah dan malas kemana-mana walau hanya di sekitaran komplek.Keluar rumah saja mesti ganti baju lagi. Apalagi sekarang suhu Jakarta makin naik memanas. Salah satu resiko jadi perempuan, I think? And all those sex offenders to blame.

So, untuk para perempuan-perempuan khususnya remaja, makin hati-hati! Tak hanya dalam angkutan umum saja, sepertinya yang di sekitaran komplek makin banyak dan menyeruak. Jaga diri dan kalau perlu bawa barang-barang yang bisa menyelamatkan kita dari orang-orang yang ingin melukai, pepper spray maybe? Hehe.

Take care!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun