Hari-hari hujan tiada pernah jemu meruntuhkan rintiknya, membuat tersenyum duniamu, sejak kau kenali bau tanah dan bebatuan berlumut. Kau tampung hujan itu dengan keningmu, sepenuh dadamu, dan seluas hatimu. Kau pun fasih berbicara dengan hujan seperti kau berbicara dengan sang rembulan, jauh sebelum kau belajar bahasa hati.
Hujan yang jatuh pada malam hari, bercerita tentang rahasia setetes airmata hingga hasrat yang terlanjur tandus. Hujan yang jatuh di malam hari tak pernah berdusta, karena gelap menyelimuti wajahnya. Walaupun mungkin saja ia telah melukai burung malam ataupun seekor katak, tersebab keduanya tidak dapat bersenandung.
Hujan yang jatuh di malam hari, dengannya engkau dapat berbagi rahasia. Ceritakan saja kepadanya tentang kekasihmu yang selalu menciptakan kisah-kisah romansa atau perihal ibumu yang kasihnya selembut sutra , tak pernah luntur cintanya kepadamu. Atau engkau bercerita tentang Tuhan yang begitu besar rahmat-Nya, hingga tiada pernah meninggalkan engkau sekejap pun bersama rahasia malam-malam-Nya.
Hujan yang jatuh pada malam hari, selalu meninggalkan sepucuk kenang yang senantiasa tertinggal di sudut hati. Ia tinggalkan ribuan butir-butir embun bening, yang pada saatnya akan bercerita tentang persahabatannya dengan malam. Tentang suatu pagi, ketika engkau dengan lembut mengusap sisa-sisa hujan pada kaca rumah, seperti halnya engkau mengusap airmata duka yang luruh.
Dan pada saatnya, engkau ingin melebur dengan hujan, berharap airmatamu menjelma awan, kemudian angin membawamu ke suatu tempat untuk jatuh pada saat yang bersamaan, saat itulah bisa saja engkau telah menemukan cinta-Nya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI