Pagi itu, disaat istrimu menyiapkan sarapan pagi sederhana, engkau sempatkan memandikan anak-anak kita disela kesibukanmu menyiapkan dirimu ke kantor, sungguh nyata kasihmu.
Dikala para suami berkata “ sulitlah seperti Rosulullah yang bisa menahan lapar dengan melanjutkan puasa mengetahui tidak ada makanan dirumah, kalau kita para suami berharap istri sudah peka menyiapkan makan siang, karena kita lelah bekerja seharian”
Sedangkan engkau suamiku, siang itu engkau bertanya makan apa kita ummi , aku menjawab setengah tergagap “maaf abi belum sempat masak, anak-anak gak bisa ditinggal”, engkau pun bertanya ingin makan apa biar dibelikan, sungguh baiknya engkau suamiku.
Dikala sore hari, para suami ingin melihat anak-anak yang sudah mandi, rumah bersih, istri wangi, sore itu suamiku, engkau mengganti baju kerjamu dengan kaos tipis kesukaanmu dan celana selutut favorit milikmu dan kaupun mengambil kursi kecil memulai mencuci piring-piring kotor serta gelas dan peralatan masak istrimu yang bertumpuk, padahal aku tahu suamiku engkau tadi tidak menemukan satu pun gelas bersih untuk melepaskan dahagamu, hingga engkaulah yang menuntaskan mencuci semua piring kotor itu, sungguh sabarnya dirimu suamiku.
Disaat malam menjelang, ketika para suami mengharapkan sepiring kue dan segelas kopi untuk sekedar teman menonton TV, engkau gendong bayimu malam itu dan mengajak abang-abangnya untuk bercengkerama di teras rumah bertanya tentang mainan dan temen-temen mereka di PAUD, bertambah cintaku padamu, suamiku.
Ketika biasanya terdengar cerita teman-temanku, para ibu, bercerita tentang betapa lelahnya mereka ketika dimintai pijitan suami mereka sepulang kerja, malam itu suamiku kudatangi kamar kita mungkin engkau ingin melepas lelah dengan sedikit pijatanku, ternyata engkau telah tertidur bersama anak-anak mu tumpang tindih di kepala dan perutmu, senyumku mengiringi tidurmu, suamiku.
Meski dirimu tak semulia Rasul, junjunganmu, Ijinkan aku, suamiku menyampaikan rasa terimakasihku serta cintaku kepadamu, setiap detik, setiap waktu cintaku semakin bertambah kepadamu karena engkau telah memuliakanku, memuliakan keluargamu seperti titah Tuhanmu. Dengan surat cinta ini aku berharap engkau ridho kepadaku dan yakinlah aku pun telah ridho kepadamu. Semoga aku bisa menjadi khadijahmu, mengiringi perjuanganmu, mendampingimu seumur hidupku, dan engkaupun masih mendoakanku,mengenangku dan mencintaiku meski jasad tak lagi bersatu.
Istrimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H