Mohon tunggu...
puputyusda apriliana
puputyusda apriliana Mohon Tunggu... pegawai negeri -

nahnu du'at qobla lighoirihi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Berkompromi dengan Diri Sendiri

29 Agustus 2012   02:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:12 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak mudah mencapai kesepakatan dengan orang lain tentang sesuatu hal, misalnya kompromi atau kesepakatan dalam jual beli, perjanjian sewa, atau bahkan sekedar membuat janji. Karena dalam kompromi atau kesepakatan terdiri atas unsur 2 pihak atau lebih yang memiliki kepentingan dan tujuan masing-masing. Ketika kesepakatan tidak terbentuk seperti yang kita harapkan, apakah yang mungkin terjadi ? pertama mungkin kita yang kecewa namun kesepakatan tetap harus terbentuk atau bahkan mungkin kesepakatan tidak bisa dilanjutkan sama sekali. Seperti halnya dalam rumah tangga terjadi banyak kompromi atau kesepakatan antara suami dan istri, anak dan orang tua, anak dan anak, mertua dan menantu, dll. Kompromi dapat berupa istri yang bekerja dan bagaimana kesepakatan dengan suami dalam mengurus rumah tangga, jam belajar dan uang saku untuk anak-anak, pembagian jatah pulang kampung bilamana istri dan suami berasal dari daerah yang berbeda, bahkan kompromi bisa terjadi dalam pembagian pekerjaan rumah tangga. Semua memerlukan suatu kompromi atau kesepakatan. Kadang kala kompromi tidak bisa terbentuk dengan baik, sehingga timbul perselisihan, misalnya, karena jam kerja di kantor membuat kesepakatan untuk meluangkan waktu bersama anak di rumah menjadi terlanggar, misalnya lagi ketika mudik menjadi kendala ketika ternyata pembagian bergilir mudik tidak dapat dipenuhi karena bertepatan dengan momen atau acara keluarga besar. Lalu bagaimana kompromi dapat terbentuk ?bagaimana harus menyikapinya ? yang harus dilakukan bersama adalah menyadari prioritas, dalam artian tidak ansich memeperjuangkan kesepakatan awal, misalnya, tahun ganjil biasanya mudik ke rumah keluarga besar istri, tahun genap di keluarga besar suami, tapi mungkin kaena satu lain hal ternyata keluarga besar suami mengadakan acara yang bukan rutin maka selayaknya dipertimbangkan untuk tidak tetap ngotot memeprjaungkan  kesepakatan awal, atau mungkin saatnya mudik tapi kemudian istri sedang hamil dan sulit untuk melakukan perjalanan jauh, atau mungkin anak-anak yang terlalu kecil untuk dibawa perjalanan jauh maka mungkin lebih bijak untuk tidak mengambil jatah mudik. Tapi disini yang ditekankan bukan apa keputusan dari kesepakatan atau perubahannya tapi bagaimana menyikapi kesepakatan-kesepakatan baru yang diadaptasikan dengan kondisi atau kebutuhan terkini. Ketika kesepakatan antara dua pihak menimbulkan konflik, maka langkah pertama adalah prioritas, untuk menetapkan prioritas pun tidak mudah karena ketika ego sama-sama diatas maka semua prioritas tidak ada lagi, sehingga kelapangan hati untuk melihat prioritas menjadi penting, yang kedua adalah tepo sliro atau menempatkan posisi pada posisi pihak lain, kebutuhannya, perasaannya, kepentingannya, yang ketiga adalah bersabar. Bersabar memiliki korelasi positif atas apapun hasil yang disepakati yaitu mencoba berkompromi dengan diri kita sendiri. Suami mungkin kecewa ketika istri berkeberatan pulang kampung karena alasan kondisi yang lemah karena kehamilan atau anak-anak namun tidak ada salahnya berkompromi dengan menempatkan diri pada posisi istri atau anak-anak, dan memaafkan diri atas kekecewaan dan memaafkan istri atau anak-anak atas kesepakatan, atau anak-anak yang belajar untuk berkompromi dengan diri sendiri ketika keputusan orang tua untuk memilihkan sekolah yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berkompromi terhadap diri sendiri lebih pada mengkoreksi diri, menempatkan posisi pada orang lain, bersabar atas kesepakatan, memaafkan pihak lain saat kita berkompromi, berharap kebaikan dari Allah semata atas hasil kesepakatan. Berkompromi dengan diri sendiri tidaklah mudah, namun memberikan efek luar biasa pada kemampuan diri kita, baik secara fisik maupun dalam menciptakan kebahagiaan diri, dan memberikan efek luar biasa yaitu keharmonisan dalam rumah tangga.

Selamat berkompromi dengan diri anda sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun