Orang-orang diciptakan untuk datang dan pergi, sedang sela diantaranya adalah jarak yang tidak pasti. Doa adalah jarak antara rindu dan temu. Malam adalah jarak antara masa lalu dan masa depan. Tahun-tahun yang telah lewat adalah jarak yang memisahkan kita.
Kau tahu—sebenarnya tidak ada yang bisa memastikan kapan jarak akan berakhir. Tidak ada yang tahu kapan pengamen akan berhenti bernyanyi, kapan jalanan lengang dari hiruk-pikuk kendaraan, dan kapan waktu mengembalikan kita. Tidak ada.
Jarum jam yang berputar adalah penjahat yang paling mulia. Ia membawa kau dan aku ke tempat di mana pernah ada jejak kaki kita, ke museum kota yang menyimpan banyak cerita masa lalu, bahkan ke toko-toko yang pernah menjajakan cinta dengan harga paling murah. Ia juga membawaku jalan-jalan pada ingatanmu menuju setengah dasawarsa lalu, sebuah rumah berdiri tegak diantara keyakinan yang kau bangun kemudian hancur dikoyak-koyak bencana.
Kini tempat-tempat itu, tidak lagi kutemukan diriku di sana. Sama sekali tidak.
Makassar, 10 September 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H