Mohon tunggu...
Pupu Samrotul Pudah
Pupu Samrotul Pudah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri

Hobi menjelajahi dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahaya Media Sosial dalam Mempengaruhi Pola Pikir dan Perilaku Remaja

29 Mei 2024   09:14 Diperbarui: 29 Mei 2024   09:20 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era kemajuan teknologi yang sangat pesat, tidak bisa di pungkiri bahwa peran internet semakin di butuhkan, baik dalam kegiatan pendidikan, bisnis, politik bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Media sosial merupakan sebuah platform digital yang bisa digunakan untuk berinteraksi, berkomunikasi, berbagi, serta mempermudah terhubung dengan orang lain secara online. Media sosial mengajak siapa saja yang ingin bergabung dan tertarik dengan memberikan sebuah feedback secara terbuka, memberikan kebebasan dalam berkomentar, mempermudah berkomunikasi, serta mampu memberikan informasi dengan sangat cepat. 

Pada saat ini media sosial sudah menjadi salah satu sarana komunikasi terpopuler di dunia. Sebagaimana hasil dari analisis tim Kapios menunjukkan bahwa saat ini terdapat 5,07 miliar pengguna media sosial di seluruh dunia, hal ini setara dengan sekitar 62,6 persen dari total populasi global. Sedangkan pengguna aktif media sosial di indonesia, sudah mencapai 139 juta orang, jumlah tersebut setara dengan 49,9 persen dari populasi dalam negeri, hal tersebut merupakan hasil laporan dari we are social pada januari 2024. Jumlah ini di perkirakan akan terus meningkat di setiap tahun nya.

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, pada masa ini mereka akan mengalami beberapa perubahan dan perkembangan, mulai dari perubahan fisik, mental, dan peran sosial. Pada masa remaja sering kali dikenal sebagai fase "pencarian jati diri" karna pada masa ini mereka mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi serta keinginan yang besar untuk mencoba hal-hal baru. Masa remaja juga merupakan masa yang labil dan mudah terpengaruhi oleh orang lain, karena mereka termasuk orang yang baru belajar akan dirinya dan lingkungannya, maka ketika tidak di dampingi dengan baik, bisa saja mereka mudah terjerumus kedalam hal-hal yang negatif.

Di indonesia media sosial seakan-akan sudah menjadi candu, apalagi di kalangan para remaja, mereka setiap hari membuka sosial media, bahkan hampir 24 jam tidak lepas dari smartphone. Para remaja sering sekali menggunakan media sosial sebagai tempat untuk memosting kegiatan pribadinya, curhatan hati, serta menyimpan foto-foto berharga sebagai kenang-kenangan. Namun terkadang apa yang mereka posting di media sosial tidak sama dengan keadaan yang sebenarnya terjadi, ketika mereka memosting sisi hidup yang penuh kesenangan, tidak jarang pada kenyataan nya mereka itu sedang kesepian, begitu juga sebaliknya. Platform media sosial yang sering digunakan di kalangan remaja yaitu whatsApp, instagram, tiktok, youtube, telegram, dan facebook. Dari masing-masing media sosial tersebut mempunyai keunggulan dan daya tarik tersendiri.

Media sosial mempunyai peran yang signifikan dalam kehidupan, ia bisa menumbuhkan sekaligus menghambat perkembangan para remaja, karna media sosial memiliki dampak positif sekaligus negatif. Namun sangat di sayangkan apabila para remaja malah terbawa arus negatif dari media sosial, karna hal itu akan mempengaruhi pola pikir dan sikap dari remaja tersebut. Tetapi sudah tidak bisa di pungkiri, pada saat ini sudah banyak para remaja yang terjerumus kedalam arus negatif dari media sosial, mereka dengan sadar telah mengikuti trend yang sebenarnya sangat bertentangan dengan ajaran islam, contohnya saat ini sedang booming tentang trend tank top style, yang banyak sekali di ikuti oleh remaja wanita, mereka menunjukan aurat nya dengan sangat bangga terhadap publik, trend tersebut menunjukan bahwa mereka memakai jilbab tapi di sisi lain mereka juga menunjukkan dirinya memakai pakaian yang sangat terbuka, yang hal tersebut sudah sangat jelas melanggar ajaran islam. Tidak hanya itu, sekarang juga sudah banyak sekali trend-trend romantis yang di lakukan oleh pasangan yang belum halal, perilaku tersebut sudah di luar batas wajar, dan yang sangat aneh nya mereka malah mengikuti trend tersebut dan menormalisasikan nya, padahal sudah sangat jelas trend tersebut merupakan hal yang tidak baik dan mengakibatkan terjadinya pergaulan bebas.

Dapat kita lihat dari dua contoh di atas, bahwa dampak trend media sosial yang negatif, sangat mempengaruhi pola pikir dan sikap para remaja. Mereka berpandangan, ketika mereka mengikuti trend tersebut mereka akan dianggap gaul dan di segani banyak orang, karna standar yang ada di pikirannya, mereka ingin terkenal dan disukai banyak orang, sehingga tidak terpikirkan dampak apa yang akan mereka terima setelah mengikuti trend tersebut. Padahal ketika kita menggantungkan standar kita terhadap trend-trend media sosial, maka hal itu tidak akan ada habisnya, dampaknya kita akan merasa ketinggalan dan selalu membandingkan diri kita dengan orang lain. Memang tidak semua trend media sosial itu buruk, namun sangat di khawatirkan dimasa remaja yang labil, mereka tidak bisa memilih mana trend yang baik dan yang buruk. Dari hasil wawancara membuktikan, ketika sedang booming suatu trend di media sosial, para remaja mengakui bahwa dia merasa tertarik dengan trend tersebut.

Para remaja sangat bergantung sekali terhadap media sosial, karna di media sosial apa yang mereka butuhkan bisa terpenuhi dengan cepat, salah satunya yaitu informasi. Namun yang menjadi kendala saat ini adalah maraknya berita bohong atau hoaks yang sudah banyak beredar di media sosial, berita bohong tersebut sangat mudah di konsumsi oleh para remaja karena sifatnya yang labil dan malas untuk mencari kebenaran, hal tersebut sangat mempengaruhi sisi psikologis para remaja, sehingga bisa menimbulkan kecemasan, keresahan, hilangnya penghormatan, bahkan menimbulkan perpecahan. Apalagi sekarang sudah banyak sekali beredarnya konten-konten digital tanpa filter yang tidak bisa di pertanggung jawabkan kebenaranya, akibat dari hal tersebut yaitu munculnya rasa curiga, timbulnya kebencian terhadap kelompok tertentu, dan hilangnya rasa percaya. Sudah terlihat jelas bahwa berita bohong yang beredar di media sosial sangat mempengaruhi pola pikir dan perilaku para remaja.

Dampak negatif yang di timbulkan oleh media sosial, harus segera di cegah secara seksama. Disinilah orang tua, para pendidik, mayarakat, bahkan para da'i memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan arahan terhadap penggunaan media sosial. Orang tua harus mampu membimbing, mengawasi, serta memberikan perhatian lebih terhadap anaknya, karna hal tersebut sangat mempengaruhi kehidupan mereka. Di sisi lain, para dai juga harus ikut membenahi permasalah yang terjadi terhadap remaja, salah satunya yaitu dengan cara dakwah di media sosial dengan membuat konten dakwah yang mengingatkan dan membangun kesadaran para remaja, agar mereka lebih bijak dalam menggunakan media sosial, dakwah tersebut harus di kemas secara menarik agar para remaja tertarik untuk melihatnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun