Akhir-akhir ini, olah raga Skydiving banyak digandrungi oleh orang-orang Amerika Serikat. Setiap kali melihat profil teman-teman saya, banyak di antara mereka yang memajang foto skydiving. Pertanyaan yang selalu terbesit di benak saya adalah: "Kok mereka berani ya? Sudah bosan dengan hidup?" Sampai pada akhirnya saya putuskan untuk mengikuti jejak mereka berpetualang di atas angkasa.
Skydiving lebih dikenal di Indonesia dengan nama terjun payung. Untuk skydiver pemula seperti saya, diwajibkan untuk menggunakan tandem seorang penerjun payung profesional. Tubuh kita terikat erat di depan tandem yang akan mengarahkan semua prosedur terjun payung. Tugas kita hanya menikmati serunyaterjun dari atas pesawat terbang. Konon, kalau kita sudah bisa terjun sendiri tanpa tandem, tarif skydiving akan jauh lebih murah lho.
Terbang Dengan Pesawat Kecil yang Terbuka
Ini pertama kalinya saya naik pesawat kecil yang lebarnya hanya selebar kepakan tangan, duduk dibangku kayu tanpa seat belt, dan terbang dengan pintu dibiarkan terbuka!
[caption id="" align="aligncenter" width="336" caption="Begini lho rasanya keluar dari jendela pesawat saat terbang di angkasa. Muka saya yang panik dan pasrah"][/caption]
Hal yang saya rasakan adalah pasrah, menyerahkan sepenuhnya nasib pada sang pilot dan Yang Maha Kuasa.
Free Fall
Free fall adalah saat di mana kita keluar dari pesawat kemudian menjatuhkan diri ke bawah tanpa parasut. Ya benar-benar jatuh dari angkasa. Rasanya seperti terbang bak Superman. Sepertinya lagu "I Believe i can fly" benar-benar menjadi kenyataan. Saya terbang di angkasa....
[caption id="" align="aligncenter" width="301" caption="Free Fall, i believe i can fly..."]
Parasut