Ketika membahas soal Ahok dan Jokowi, kebanyakan orang cenderung melakukan false dilemma fallacy. Â Yaitu, ketika hanya ada dua pilihan tersedia dalam suatu kasus. Padahal kenyataannya, ada lebih. Â Dalam contoh ini, hanya ada dua kubu. Kubu pro dan anti.Â
Ketika dalam debat media sosial kamu terlihat kontra di mata seorang anti ahok-jokowi, artinya kamu seorang pendukung (pro).
Sebaliknya, ketika dirasa kontra oleh seorang pendukung ahok-jokowi, artinya kamu seorang penolak (anti). Dalam artikel ini, saya mencoba membagi generalisasi itu menjadi sembilan bagian. Masing-masing memiliki atribut unik yang tidak dimiliki satu sama lain. Kira-kira Anda termasuk yang mana?
1.) Lawful Good
"Pilihlah dengan standar baik-burukmu sendiri."
Tipe orang yang memiliki etika, sangat menghormati orang lain, dan memiliki "code of conduct" yang selalu dipegang dalam melakukan sesuatu. Walaupun mungkin mereka tidak menyukai sesuatu, mereka tidak akan melakukan hal-hal kotor yang "tidak kesatria". Dalam hal ini, menyebar hoax, hasut, provokasi, discredit, menjelek-jelekkan orang, ataupun sekedar debat di media sosial.
Setiap kesatria selalu memiliki alasan mengapa mereka loyal pada sesuatu / seseorang. Dan kesatria lain pun akan menghormatinya. Begitu pula mereka. Kalau ada yang pro ahok-jokowi, yasudah. Kalau ada yang anti ahok-jokowi, yasudah.
Orang-orang ini susah dimengerti oleh orang menganggap mereka (lawful good) satu kubu. Seorang lawful good mungkin anti ahok-jokowi, namun mereka juga tidak akan terkena hoax dan hasut. Mereka tetap akan memihak fakta. Seorang lawful good juga bisa menjadi pro ahok-jokowi. Namun mereka juga tidak akan goblok-goblokin dan nge-bash setiap onta di media sosial.
Apapun kubunya, para lawful good memperlakukan semua orang dengan baik dan adil. Para lawful good tidak suka jika perkataan / perbuatannya digunakan sebagai "amunisi" untuk menyerang kubu lain.
Contoh lawful good : Gus Mus (?)
2.) Neutral Good
"Pilih yang prokernya realistis dan bermanfaat."