Sungguh, dimanakah kalian
saat para kawan yang hari-harinya dionggok rerumputan
beralas tikar lusuh dilindung rindang pohon
para kawan yang selalu memainkan buah catur tanpa raja dan perwira
atau memainkan kartu truf hanya dengan kartu-kartu bergambar angka kecilan
semalam di penghujung akhir masehi 11 dan di detik awal masehi 12
lunglai terkapar lelah
gundah memaki merajang sumpah serapah
Sungguh, dimanakah kalian
saat nyanyian-nyanyian sumbang dimuntahkan dalam tari
dilagu lentingan gitar dalam nada apa saja
sehingga
menakutkan telinga-telinga kamu semua oleh suara-suara caci-geli
menakutkan mata kamu semua oleh pandang indah kemuliaan jelata
menakutkan lobang-syaraf hidung kamu semua oleh harum keringat tanpa wewangi pabrikan
menakutkan mulut kamu-kamu semua oleh persinggungan perucapan lepas sebab kelamaan dibawah injakan alas kaki dan disampar kapar dengan begitu sahaja
Sungguh, dimanakah kalian
saat para kawan gelagapan terhempas angin dan tenggelam sampai batas daya tahan
pelampung atau sebongkah kayu lapukpun tak dihantar sebagai pegangan
ya... sungguhkah kalian itu
sedang sibuk bersolek lidah dan memaras diri dengan tali
memastikan tambatan
berbaris antri di pinggiran pasar menanti harap tawar menawar
berhitung untuk tanpa peruntungan
menyali dalam angka-angka tanpa menjadi diri
Sungguh, dimanakah kalian
pada saat isi perut para kawan diruahkan
diantara muntahan tersirat gerak kerapatan kepentingan
tertatap bayang-bayang wajah dan kesungguhan
Sungguh, disanakah kalian?
Jakarta, 01.01.12
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI