Mohon tunggu...
Pungky Prayitno
Pungky Prayitno Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

bentuk lain ultraman

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Lastri

5 Mei 2011   14:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:03 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lastri. Kamu tau? Di sini, jauh dari tempat dimana kamu berdiri detik ini. Ratusan, bahkan ribuan namamu dituliskan pada kisah-kisah tanpa tuhan. Atas nama kesucian desa yang dibeli laki-laki dengan jas rapi. Namamu. Namamu Lastri, disebut disini sehari tujuh kali.

Lastri. Kamu tau? Di kota. Ratusan kilometer dari tempat kamu sibuk berladang dengan pakaian seadanya. Banyak yang menanti kamu benar-benar akan datang. Mengelap keringat bau ladang. Lalu bertelanjang. Memuaskan para hidung belang yang kesetanan.

Lastri. Sini. Tengok sebentar kemari. Ada rayuan luar biasa dari para pengobral cinta pemilik timbunan harta. Mereka mau membuatmu tak lagi berladang, katanya. Ah. Sini Lastri. Saksikan bagaimana lekuk tubuhmu dibayar mahal walau Cuma gambar.

Lastri. Makan apa kamu -hari ini? Tidakkah kamu ingin beberapa menit mampir kemari? Di sini tidak ada nasi. Tidak juga makanan basi. Yang terhidang untukmu adalah berpiring-piring kekuasaan yang sanggup menyelamatkan kamu dan keluargamu dari kemiskinan. Kau dibeli mahal,sayang.

Lastri. Tidakkah penutup tubuhmu sudah compang? Habis dimakan keringat pematang. Bau kotoran ternak yang membuat tubuhmu nyaris tak lagi bisa jadi hidangan. Sini Lastri. Mainlah barang sehari. Namamu jadi komoditi kelas menteri. Dan tentangmu Lastri, dijadikan peri dalam bayang-bayang birahi para laki-laki.

Lastri. Kamu dengar? Betapa di sini ribuan desah napsu menyebut satu. Namamu. Nama yang dinyanyikan ibumu bersama sapi-sapi pembajak padi. Nama yang disebut dalam doa bapak sebagai putri satu-satunya. Nama yang dijadikan putri seksi paling dicari

Lastri. Siapa kekasihmu? Apakah tidak jengah kamu dengan pemuda desa? Begitu-begitu saja. Masa depannya pun selalu sama. Mentok di desa atau jadi TKI di negara tetangga. Kemari, perempuan! Di sini banyak tampan yang akan memuaskan kamu tanpa pandang. Para pejantan dengan beragam masa depan. Di sini Lastri. Ribuan laki lajang menantimu datang.

Lastri. Ku ceritakan kepadamu tentang kota. Tempat bapak pernah bercerita padamu soal kuasa. Soal manusia yang tak bernyawa manusia.

Ini kota, Lastri. Tempat jauh yang sering memuja namamu penuh. Tempat para istri menghujatmu atas namamu yang dijadikan fantasi para suami. Tempat kamu, disiapkan untuk menjadi permaisuri paling seksi satu negeri.

Di sini, Lastri. Tempat aku menulis ini. Ada ribuan kisah yang menuliskan namamu sebagai tokoh utama. Dan semuanya sama. Kamu pelacur desa paling juara!

Lastri.. sini! Bunuh diri.

-----

Purwokerto, 05 mei 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun