Badan pertanahan nasional kini mengeluarkan gebrakan baru, bukan karena agar keren saya menyebut nama lembaga tersebut, lebih dikarenakan saya tidak tahu kepanjangan ATR. Pun juga saya takut nanti ada ambigu dalam pemaknaan topik yang ingin saya obrolkan. Dikira ini sertifikat elektronik seminar online yang dikeluarkan pabrik mesin pesawat terbang ATR. Maka dari itu saya membuat nama lembaga tersebut dengan badan pertanahan nasional agar lebih terlihat kearah pemerintahan.
Saya ingin memberitahukan bahwa gebrakan yang dikeluarkan adalah dengan mengelektronikkan sertifikat tanah. Sekali lagi perlu sedikit saya tekankan lagi, ini bukan sertifikat seminar online yang biasanya kita antusias daftar tapi lupa pas hari H. Gebrakan luar biasa ini patut kita acungi jempol.Â
Mungkin para pembaca sekalian sudah mulai meragukan kemangkusan keelektronikan sertifikat ini. Sama seperti meragukan keelektronikan ktp yang jika mau check-in di bandara harus membawa kartunya. Keraguan tersebut memang sempat menyeruak direlung hati saya yang terdalam. Tapi saya paham kita sekarang sedang bertumbuh menjadi serba elektronik. Mulai musik hingga KTP. Masalah daftar rekening bank harus membawanya itu urusan lain.
Seperti yang sudah saya tulis pada artikel keamanan KTP, persis kerisauan tersebut juga melanda masyarakat saat mendengar publikasi sertifikat elektronik. Kalau dalam tulisan saya tersebut menyitir sedikit keraguan atas bocornya data KTP elektronik, warganet memilih untuk meragukan dualitas sertifikat elektronik.Â
Tentu hal ini lebih serius dari kasus sertifikat elektronik seminar online yang biasanya typo dalam penulisan nama peserta. Memang kekhawatiran ini bukan kekhawatiran kosong, karena dalam kehidupan nyata kerap terjadi penyerobotan tanah meskipun dengan menggunakan sertifikat kertas. Tapi sudah barang tentu badan yang mengatur tanah ini sudah memikirkan hal itu, meskipun solusinya belum saya dengar tapi saya sudah yakin sudah dipikirkan.
Sertifikat elektronik yang berupa gambar layar yang terpampang dalam infografis tersebut malah menurut saya sebuah solusi. Jika ada banjir sertifikatnya tidak basah. Meskipun hpnya bisa saja nyebur dan sertifikat elektroniknya ikutan nyebur bersama foto mantan yang tersimpan. Tentu urusan lain, yang jelas ini sebuah letupan teknologi yang patut kita simak kelanjutannya. Lagi-lagi saya hanya bertumpu pada keyakinan ini sebagai solusi.Â
Se-yakin penandatangan sertifikat yang saya ambil gambarnya di atas. Bagaimana tidak yakin? Lha dokumen sudah ada tanda kunci biru sebagai tanda bahwa dokumen tersebut sudah ditandatangani secara elektronik tapi pejabat tersebut masih bertandatangan dilengkapi dengan cap basah (tapi tidak basah, kan elektronik). Kurang yakin apalagi coba?
Jika kita dengan sadar merenung dan merefleksikan diri, Sertifikat elektronik ini dapat menjauhkan kita dari sifat sombong. Karena meskipun kita punya tanah setumpuk, kita tidak akan bisa menyombongkan tumpukan sertifikat yang kita miliki. Pada tetangga atau orang-orang terdekat kita, pun juga dapat memangkas ghibah tetangga yang biasa menyerang saat kita semakin kaya. Kurang cerdas bagaimana? Sudah sesuai imtaq dan imtek ini.Â
Apalagi bagi yang di luar pulau jawa. Ada banyak kendala untuk menyombongkan diri. Mulai dari listrik yang sewaktu-waktu bisa padan dan dapat mengancam keberlangsungan daya hp saat sombong, hingga sinyal yang tidak stabil lagi-lagi dapat mengganggu kita dalam aktivitas sombong dalam hal pengunduhan dokumen.
Maka dari itu akhir kata saya ingin sampaikan, sudahilah keragu-raguan anda. Jangan khawatir tanah warisan anda berpindah karena ulah hacker. Tetap berprasangka baik dengan pemerintah, seperti halnya seorang peserta pelatihan yang senantiasa berprasangka baik pada panitia saat sertifikat onlinenya tidak dikirim.Â