Mohon tunggu...
pungkaspung
pungkaspung Mohon Tunggu... Buruh - Hanya buruh yang butuh nulis

Hanya peminum kopi tanpa disertai senja, karena dominasi kopi dan senja akan membuat saya tidak kerja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Media di Papua

17 Mei 2020   13:04 Diperbarui: 17 Mei 2020   12:54 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Suarasurabaya.net

Derasnya hembusan informasi kini sudah berada di level atas. Dengan hadirnya internet, seluruh informasi yang benar maupun tidak kini membanjiri masyarakat. Tidak terkecuali di Papua. Aliran informasi tersebut acap kali mengalir begitu saja di telepon genggam yang hampir semua orang memiliki. Mulai dari facebook hingga whatsapp tak jarang menjadi penyebar informasi paling jitu. Meskipun hanya ada satu merk operator yang menjadi andalan di pulau seluas hampir 7 kali luas pulau jawa ini, namun tak menyurutkan derasnya informasi yang mengalir.

Mulai info kriminal hingga teori konspirasi yang tidak dapat diragukan keseruannya sekaligus keabsahannya tersaji di setiap hari. Apalagi berita yang menawarkan opsi untuk merdeka di papua sudah tidak ditutup-tutupi lagi. Seakan kemerdekaan berpendapat sudah terbuka lebar, tidak hanya selebar daun kelor saja. Namun hal ini sangat disayangkan dengan pengelolaan informasi dari setiap media di papua yang terkesan sekenanya saja. Tidak seperti media di jawa, yang memang menjadi media dengan kadar penelitian atas informasi adalah hal penting.

Mungkin kemunculan media yang sangat sederhana ini karena minimnya saingan media di papua. Sangat sedikitnya media menjadikan turunnya kualitas standar yang disajikan. Jangankan standar tulisan hingga standar terlaksananya organisasi media, standar tulisan juga terkesan dibuat sekenanya saja. Susunan dan jumlah kalimat seakan hanya diperuntukkan kepada pembaca sosial media saja. Seperti artikel ini.

Namun ada juga yang memiliki ulasan yang cukup mendalam dan panjang. Seperti artikel satu ini. Biasanya artikel sepanjang itu berasal dari opini para aktivis. Sangat jarang saya melihat berita terkait peristiwa terkini yang disusun secara mendalam. Bahkan berita tentang isu corona yang sudah dibahas di berbagai media, harusnya menjadi hot topik apalagi di Papua. Pasti keterbatasan informasi mengenai virus yang berasal dari Tiongkok ini sangat laris. Ditambah lagi di Papua juga sangat banyak perusahaan luar negeri. Sepanjang sepengetahuan saya ada sekitar 5 perusahaan yang berlangganan mendatangkan orang luar negeri.

Tapi tetap saja jika melakukan pembahasan yang mendalam akan sedikit kurang peminat. Toh juga secara SEO akan terkalahkan dengan media ibukota. Karena pembahasan isu yang berskala nasional sudah diborong media pusat dan sudah menjadi rahasia umum kalau mesin pencari tidak mengenal siapa pengusung beritanya. Tapi jika mengerucut untuk pembahasan papua, di media pusat memang tidak dapat menjadi saingan tapi sumber datanya yang susah untuk dicari.

Alur media di papua memang sangat rumit, informasi memang sudah tidak terbatas namun informannya yang memiliki batas. Minat baca yang rendah dan keterbatasan informan juga menjadikan kerumitan ini menjadi lebih rumit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun