Kemarin baru saja melewati hari buruh dengan bersuka cita. Kini kita lalui hari pendidikan dengan cara upacara. Rekaman memorial hari buruh dengan semangatnya di depan kantor pemerintahan menjadikan satu mei the real mayday. Sedikit mencekam dengan aksi anarkis nan vandalis rasanya seru untuk diulas satu-satu .
Mencekam karena massa berkumpul di satu tempat dan meneriakan hal yang sama. Pasti ada rasa solidaritas di sana dan berbalut kesombongan "kita kan banyak". Tidak semua memang menanggapi hal itu dengan tindakan anarkis. Hanya beberapa kericuhan terjadi karena solidaritas berbalut kesombongan yang saya ucapkan di atas.
Itupun kericuhan disebabkan sekelompok orang memakai atribut hitam berdominasi merah dengan logo mirip huruf A. Beberapa orang memandang kericuhan ini dilakukan sekelompok orang yang menamakan dirinya sebagai Anarko. Beberapa daerah banyak yang terkena dampaknya, kemarin ada pengemudi ojek di Bandung yang menggerutu lantaran motornya dirusak. Ditambah ada sebuah jembatan cagar budaya di Malang yang tak luput dari aksi vandalisme.
Setelah diusut ya tidak mungkin dari buruh perusahaan yang sudah berpemikiran matang, di Bandung ternyata perusakan dan serangkaian aksi tersebut dilakukan oleh para remaja. Entah remaja-remaja tersebut memang sebagai buruh atau sekedar ikut-ikutan saja. Kalau memang sekedar ikut-ikutan mungkin seharusnya belajar lebih mendalam terkait apa efek kerusakannya.
Ilmu cocoklogi saya mengatakan ini sebabnya hari buruh dirayakan berdekatan dengan hari pendidikan. Meskipun tidak seratus persen benar. Karena tahun lalu saja komplotan berjumper hitam dengan logo mirip avenger ini juga beraksi di Jogja saat hari pendidikan. Kerusakan memang tidak seberapa, karena warga Jogja pun dengan legowo membuat pos polisi seperti baru lagi. Tapi tetap ada aksi provokasi dari tulisan vandalisme.
Apa layak seorang mahasiswa yang mengklaim dirinya wakil buruh menuliskan "bunuh sultan" tapi nulisnya di Jogja? Anarkis tak sebercanda itu mamen. Area kesultanan sudah tertancap di dada dan hati rakyatnya bahwa sultan adalah orang yang dihormati. Respon warga asli jogja pun tetap akan geram. Karena kedudukan sultan tidak hanya sebagai kepala pemerintahan, namun pemimpin yang memang disegani dan dihormati.
Memang tidak ada salahnya menuntut dan memperjuangkan idealisme anarkis. Tapi sebaiknya memikirkan dampaknya dahulu sebelum merusak. Belajarlah dahulu sebelum bekerja. Selamat hari pendidikan, seusai hari buruh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H