Perjalanan pulang pagi ini sebetulnya perjalanan yang sangat berat. Selain harus mlungker di pesawat trayek Manokwari-Makassar, dan juga ini adalah perjalanan pulang untuk menemui pusara ibu yang baru satu hari meninggal.
Untungnya di dalam pesawat Batik Air ada film berkualitas yang berjajar rapi di layar sentuh pas di belakang kursi penumpang. Ya sejenis pesawat Garuda, jadi dapat bermain game, mendengar musik, atau menonton film.
Saya jelas memilih opsi terakhir untuk menghilangkan kesedihan dan kebosanan. Pilihan saya jatuh pada film Salawaku, karena model cover filmnya pantai banget. Sepertinya menarik untuk dilihat lebih lanjut.
Salawaku merupakan film yang menceritakan tentang seorang anak Maluku Utara yang ditinggal pergi oleh kakak perempuannya. Dia memiliki sosok yang keras kepala, ibarat kata ada ombak selangit pun dia akan terjang. Maka dari itu dia nekat untuk menjemput kakaknya seorang diri dengan perahu bercadik tanpa mesin. Seorang anak bersekolah SD ini mengarungi luasnya laut Seram seorang diri, hingga akhirnya bertemu Saras.
Petualangan Salawaku dan Saras ini yang hampir mendominasi cerita dalam film ini. Seakan kita disuguhi kecantikan Maluku Utara ditengah kebimbangan Salawaku dalam mencari kakaknya. Parahnya Saras seorang mahasiswi dari Jakarta seakan tidak menghiraukan kegalauan Salawaku dan menempatkan pencarian ini sebagai perjalanan wisata.
Setelah berjalan sampai di pulau seberang, mereka berdua bertemu dengan Kawanua yang sebelumnya diajak mencari Binaiya -kakak Salawaku- oleh Salawaku ke Piru. Kehadiran Kawanua sebetulnya hanya sebagai pemecah fokus misi pencarian Binaiya. Sampai akhirnya Saras ada hati dengan Kawanua sang pemuda desa.
Permainan emosi saat menonton ini membuat kita berdamai dengan ekspresi sedih dan senang. Banyak klimaks-klimaks kecil yang disertai antiklimaks dalam film yang di produksi oleh Kamala Film ini. Selain naik turunnya emosi dalam 82 menit ini kita akan belajar betapa sakralnya seks.
Tepatnya di akhir film, pelajaran itu akan kita dapatkan. Dengan bersandar pada efek buruk bila kita melakukan hubungan tanpa ingin memiliki anak. Karena Saras dan Binaiya ternyata memiliki perasaan yang sama. Sama-sama belum siap menjadi seorang ibu dadakan karena sebuah kebodohan.
Saya sangat merekomendasikan film ini kepada para lelaki yang biasa bilang "aku melakukan ini cuma sama kamu saja". Karena sangat kental sudut pandang kesedihan dari pihak wanita yang digambarkan pada Saras dan Binaiya. Malah juga ada sebuah sudut pandang dari adik Binaiya yang khawatir ditinggal kakaknya karena hamil di luar nikah. Di kehidupan nyata hal ini bukan hanya satu dua kejadian saja. Ada puluhan bahkan ratusan Binaiya, Saras, dan Salawaku yang ikut memakan pahitnya "getah" hamil di luar nikah.