Di ILC beberapa waktu lalu, Rocky Gerung membuat simulasi. Dia berandai-andai jikalau Calon Presiden Petahana Joko Widodo mendapatkan pertanyaan tendensius itu,"Apakah Prabowo terlibat pelanggaran HAM 1998?"
Setelah dijawab TKN dan BPN, Rocky menjawabnya sendiri.Â
"Jika Prabowo bukan pelanggar HAM, maka perkara selesai. Jika Prabowo bersalah, maka Presiden Jokowi adalah orang pertama yang harus dihukum karena membiarkan pelanggar HAM tidak dihukum." (kurang lebih begitu bunyinya).
Salah seorang teman saya menyebut bahwa simulasi Rocky cuma permainan. Pertanyaan semacam itu tidaklah mungkin akan didapatkan Jokowi. Memang benar, pada saat debat capres pertama yang salah satunya bahas soal HAM memang tak ada pertanyaan tersebut, tentu saja KPU ogah nyiapin pertanyaan itu, makanya ga muncul.Â
Artinya, pertanyaan tersebut hanya mungkin ada diluar konteks debat capres. Pertanyaan tersebut ada dalam simulasi ala Rocky Gerung. Dan (mungkin) karena teman saya itu adalah seorang fans Rocky, dia pun menantang saya untuk melakukan simulasi lainnya. Permainan yang sama.
"Seandainya Maria Ozawa punya hak nyoblos, kira-kira dukung yang mana? Jokowi or Prabowo?" tanya dia dengan mimik serius. Sangat serius.
Saya bingung. Bukan karena ga mengerti apa yang dipertanyakan. Simulasi Rocky sih masih mungkin, kalau ini kan mustahil. Pertama, Maria Ozawa adalah orang Jepang yang ga punya hak nyoblos. Emang sih, bisa saja dia nyoblos, tapi kalaupun niat, agak susah karena harus jadi WNI dulu biar terdaftar di DPT. Dan lagi, rasanya, ga mungkin deh sekonyong-konyong Maria Ozawa punya niat buat jadi WNI.
"Gue sih condong ke Jokowi." katanya menjawab sendiri. Â Â
"Elu kok mikir gitu?"
"Gue punya dua alasan." wajahnya menerawang, keliatan lagi mikir.
Saya diem, nunggu dia melanjutkan perkataannya.Â