Mohon tunggu...
Imam Punarko
Imam Punarko Mohon Tunggu... Guru - Aktivitas membaca dan menulisnya

seorang pengajar yang belajar

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Perlukah Pertemuan Jokowi-Prabowo?

4 Agustus 2018   09:41 Diperbarui: 4 Agustus 2018   10:03 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benarkah Prabowo-Jokowi akan bertemu? menjadi headline yang dibahas  beberapa media hari ini. Pernyataan sekjed partai pengusung pemenangan politik Jokowi menilai pertemuan tersebut perlu dilakukan. Alasannya untuk membangun dialog yang positif serta semangat gotong royong.

Perlu diketahui kubu Prabowo saat ini sangat resisten terhadap langkah-langkah yang dilakukan oleh Jokowi. sehingga apabila pertemuan ini jadi dilakukan bisa jadi hanya sebatas simbolis saja, tak kan berpengaruh dalam efek keputusan koalisi kedua belah pihak.

Pertemuan kedua belah pihak sudah berlangsung sejak Jokowi menjadi Presiden 2014. Rata-rata pertemuan dilakukan dalam suasana politik yang sedang tidak sejuk. Salah satunya pada 2016 keduanya saling kunjung-mengunjungi. Sebabnya pernyataan Ahok di kepulauan Riau yang menyebabkan pergerakan umat muslim yang rutin melakukan demo di sekitaran istana.

Kini, situasinya sangat berbeda jauh, keduanya diprediksi akan menjadi lawan dalam perhelatan Pilpres 2019 mendatang. Apalagi keduanya belum mengumumkan siapa calon wakil presiden hingga tanggal 9 atau 10 agustus mendatang. Tentu pertemuan ini dapat diprediksi tidak akan membawa dampak berarti pada persaingan.

Semua pihak tentu telah menyiapkan segala hal untuk bertarung pada Pilpres mendatang. sudah kadung Jokowi-Prabowo adalah lawan politik secara persaingan pemenangan pilpres mendatang.

Selain itu, kubu prabowo sudah jelas merapat ke barisan ulama yang di motori oleh Habieb Riziq Syihab selaku ulama yang hari ini menjadi incaran pengusaha sehingga harus mengungsi sementara ke Saudi.

Kita tunggu 9 atau 10 Agustus 2018 siapakah yang mampu memberi kejutan dalam calon presiden dan wakil presiden. Namun untuk satu calon tunggal sudah jauh dari mungkin sebab koalisi parpol telah mengerucut pada dua calon. Mudah-mudahan pilpres ini adalah awal mula kebangkitan bangsa di kancah internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun