Jagad perpolitikan Indonesia sedang berada pada puncak konstelasi penentuan bakal calon Capres dan Cawapres 4-10 Agustus 2018 nanti. Pembahasannya pun menyita banyak pasang mata yang menunggu formula seperti apa yang akan di keluarkan oleh partai yang hari ini punya suara untuk mendukung calonnya minimal 20% total hasil dukungan pemilu legislative 2014 lalu.Â
Jika gugatan Rocky Gerung CS untuk menggugat aturan yang dinilainya beda karcis ini ditolak MK sudah dapat dipastikan bahwa pencalonan presiden 2 sampai 3 calon saja.
Asumsi 3 calon presiden dan wakil presiden jika, Demokrat dan PKB membuat poros baru. Hitung-hitungannya hari semua saling kunjung mengunjungi. Bagi Jokowi selaku petahana, bisa jadi posisinya amat terancam dengan tidak mengumumkan siapa calon wakil presiden.Â
Pertemuan relawan pun di gelar 5 Agustus 2018 mendatang untuk menguatkan langkah jokowi. Plang bergenre umat muslim di tampilkan pada spanduk-spanduk yang menguasai jalan di Jakarta untuk menarik simpati siapa lagi kalau bukan muslim.
Pendukung Jokowipun ramai-ramai bergaya muslim ala peci hitam khas turki usmani yang di populerkan Soekarno dan pejuang nasional 1945. Bagi umat muslim yang sadar dengan sepak terjang presiden selama ini tentu tahu bahwa kekuatan utama adalah pencitraan.Â
Bocoran bahwa presiden Jokowi saat ini mengincar hati pemilih muda dirasa cukup. Diantara langkah-langkah yang mungkin kita saksikan dari Jokowi saat ini diantaranya adalah : 1. Tampil di selingan final piala dunia, dan kegiatan sepakbola lainnya, repostase olahraga tinju, nonton dilan,dsb.
Tiba saat nya waktu dekat pemilu legislatif berlangsung, sekarang pak jokowi bahkan untuk berjalan-jalan bersama Anies Baswedan melihat-lihat persiapan Asian Games pun harus pakai peci hitam. Tidak seperti biasanya yang hanya menggunakan kemeja putih sedikit digulung dan celana hitam. Bisa di saksikan Jokowi saat ini sudah mulai menarik hati kaum muslim dari sisi posisioning. Hal ini lumrah dilakukan dalam politik sebab dalam politik pencitraan dan posisioning amat penting untuk menarik hati pemilih.
Perebutan Cawapres
Pemilu Presiden kali ini sangat menarik di satu sisi dan sangat menjemuhkan disisi lain. Sebabnya, tahun sebelumnya kita disibukkan dengan pencarian siapa presiden selanjutnya. Sedangkan pada pemilu presiden kali ini justru yang ramai adalah pencalonan wakil presiden. Seperti gugur sebelum bertarung hitung-hitungan lembaga survey hari ini tak dapat menggoyang pilihan antara prabowo atau Jokowi.
Pembahasan nama calon wakil presiden untuk prabowo subianto mengerucut pada empat nama diantaranya adalah : Pak Salim Segaf Al Jufri (PKS), Zulkifli Hasan (PAN), AHY (Demokrat), Abdul Somad (ijtima Ulama).
Calon wakil presiden Prabowo lebih jelas, loby politiknya anggun dan rapih. Kesan kekeluargaan dan gotong royong menjadi tampilan utama dalam setiap aksi saling kunjung. Prabowo tentu akan memperhatikan Ijtima Ulama lewat 212 efek yang begitu mewakili masyarakat terutama muslim. Pilihan Prabowo kemungkinan adalah Habib Salim Segaf Al Jufri (PKS) dan Abdul Somad selaku masukan dari Ijtima Ulama.
Prabowo harus berhitung, jika Maaruf Amin ditunjuk menjadi calon wakilnya tentu Kedua Ijtima ulama harus segera Prabowo ambil. Pemilih muslim harus diberi pilihan jelas putih dan hitamnya sebab karakteristik suara umat muslim yang saat ini masih cenderung mudah dipecah walaupun presentasenya terus mengecil tetap saja Prabowo yakin akan pilihannya. Seperti pepatah "tidak ada yang dapat memastikan kemenangan sekuat apapun" menjadi hal yang harus di waspadai dari kedua kubu.
Ketua Umum PA 212, Slamet Ma'arif menyarankan agar koalisi yang sudah terbentuk dapat memperhatikan nama-nama cawapres yang diusung para ulama. Keputusan yang bijaksana dari peserta koalisi adalah yang paling penting sebab umat muslim jelas menunggu 212 efek pada koalisi yang sedang dibangun.
Ustadz Abdul Somad sendiri yang sedang melakukan safari dakwah ke Semarang langsung berkomentar agar tak bersedia dicalonkan. Beliau mengatakan ingin fokus di dakwah melalui pesan yang sangat santun. Bila hal ini diamini maka kemungkinan besar Habieb Salim Segaf Al Jufri yang jadi calon wakil presiden.
Sejarah ulama menjadi kontestan politik terutama wakil presiden bukanlah hal baru. KH Hasyim Muzadi, Gusdur, dan tokoh lain di daerah yang mencalonkan DPR hingga DPD juga banyak di isi ulama. Masyarakat yang sangat menaruh hormat terhadap ulama apalagi gelar keturunan Rasullullah SAW yang digelari Habieb tentu akan meningkatkan kemungkinan menang walaupun Jokowi juga menggunakan Ulama sebagai wakil presidennya.
Jokowi Menanti Keputusan Megawati
Sementara itu, bagi kubu Jokowi hitung-hitungan koalisi juga masih bisa terpecah. Cak Imin yang masih ngotot jadi wakil presiden dan memberikan opsi bisa tak ikut koalisi membuat pengumuman capres tertunda. Tak seperti SBY yang begitu kuat mengontrol peserta koalisi, bagi Jokowi Ibu Megawati adalah kunci setiap tindakan yang akan di ambil oleh Jokowi sendiri selaku presiden.
Prihatin memang sistem presidensial kita ternyata belum begitu kuat karna ternyata hari ini memang presiden kita Jokowi tak punya kekuatan penuh seperti SBY yang waktu itu menjabat presiden dan begitu kuat menggenggam Demokrat yang saat itu menjadi pemenang pemilu.
Tindakan-tindakan peserta koalisi yang diluar komando bersama atau malah tak ada komando membuat banyak kesalahan-kesalahan yang tak perlu. Blunder terbesar adalah pernyataan ketua PPP Romahurmuziy bahwa SBY sejak Ramadhan membawa-bawa AHY untuk ditawarkan kepada Jokowi. Tentu pernyataan itu jauh dari kesantunan politik. Pernyataan itu langsung membuat SBY begitu yakin untuk mendukung Prabowo, hal ini harus segera diambil untuk menyelamatkan marwah Demokrat dari statement negative tersebut.
Kubu Prabowo lebih menarik
Kubu Prabowo sangat mengusai panggung politik saat ini, setiap perbincangan dilakukan sangat hati-hati setiap perasaan dan statement dibuat dengan perencanaan matang. Sehingga penundaan pengumuman pencalonan pun dianggap sangat wajar sebab bukan petahana. Rocky gerung di ILC sudah mengatakan hal tersebut "point berada di Prabowo" alasannya adalah sebab Prabowo bukan petahana, dan memiliki calon yang jelas.
Kubu Jokowi masih terus menunda pengumuman Capres karena dikhawatirkan akan ditinggalkan oleh peserta koalisi. Narasi Politik yang dikembangkan kubu Prabowo lebih menjual dibanding milik kubu Jokowi. Lihat saja gema hastag 2019GantiPresiden yang didukung dari berbagai kalangan. Bagi kubu Jokowi sendiri Hastag ini begitu kuat hingga puluhan hastag yang dibangun seperti layu sebelum berkembang.
Selain itu pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh kubu prabowo semacan narasi yang menjadi antithesis dari pihak petahana. Sebagai contoh, dalam konferensi yang disampaikan oleh tokoh politik di rumah prabowo selalu membahas tentang kondisi ekonomi kelas bawah yang semakin susah. Narasi ini cenderung mudah diterima sebab sangat menyentuh rasa kalangan menengah kebawah, yang di kubu Jokowi pembangunan jadi tampilan yang selalu diagungkan walaupun tak semua masyarakat merasakan dampaknya.
Akhir nya tahun politik ini jadikan kampanye produktif yang lebih mengutamakan program dan visi misi calon. Sebab pemilihan presiden adalah hajatan besar bangsa ini yang ini bebas dari berbagai bentuk penjajahan.Â
Kampanye yang lebih positif seraya menghilangkan istilah cebong dan kampret adalah bentuk persaingan sehat yang dapat membuka wacana secara lebih jernih. Mudah-mudahan pula buzzer yang sempat mengaku pernah dibayar untuk melakukan politik SARA pada Pilkada Jakarta tak terulang lagi di Pemilihan Presiden 2019. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H