Selepas gugurnya Basukarna di tangan Arjuna dengan panas pasopati, Begawan Durna maju ke medan kurusetra dan menjadi panglima di pihak Kurawa. Selain memang sakti, Begawan Durna merupakan guru kanuragan Pandawa dan Kurawa.
Di medan kurusetra, Begawan Durna tiada tanding dan membuat barisan Pandawa kalang kabut. Begawan Durna sudah paham kelemahan dan kelebihan para Pandawa, sehingga dengan mudah memporak-porandakan mental tempur lawan.
Melihat kondisi yang kurang menguntungkan, juga hitung-hitungan kesaktian, abdi Ngamarta, Petruk, menghadap penasehat perang Ngamarta, yaitu Prabu Kresna. Mendengar laporan yang dilaporkan Petruk, Prabu Kresna merancang strategi untuk mengalahkan Begawan Durna. Prabu Kresna sadar kalau secara kekuatan, Begawan Durna tak mungkin dilawan hanya dengan tenaga.
Dengan kesaktian yang dimiliki, Prabu Kresna mengubah seorang prajurit Ngastina menyerupai Aswatama (anak Begawan Durna). Kepada Werkudara, Prabu Kresna memerintah untuk menghabisi prajurit Ngastina yang berwujud Aswatama. Dan kepada para prajurit Ngamarta, Prabu Kresna berpesan, kalau Aswatama palsu sudah terbunuh, mereka diminta untuk meneriakkan kalau Aswatama telah gugur.
Tanpa kesulitan, Werkudara berhasil menghabisi prajurit Ngastina yang berwujud Aswatama. Dan sesuai instruksi Prabu Kresna, para prajurit Ngamarta langsung berteriak-teriak kalau Aswatama telah gugur. Dan mendengar kalau anaknya telah gugur, Begawan Durna nampak linglung dan kehilangan konsentrasi. Begawan Durna mencari kebenaran akan gugurnya Aswatama. Dan kabar duka pun ia dapat, Aswatama dinyatakan gugur oleh para prajurit Ngamarta maupun Ngastina.
Begawan Durna yang sakti mandraguna pun lunglai di medan perang. Dia meratapi kematian Aswatama. Dan saat itulah moment yang ditunggu oleh Prabu Kresna. Atas perintahnya, seorang prajurit menyabetkan pedang pusaka ke leher Begawan Durna. Seketika itu juga kepala Begawan Durna menggelinding di tanah dan bersimbah darah.Â
Dalam dunia pewayangan, Begawan Durna dikenal sebagai tokoh yang jahat, licik dan penuh tipu daya. Begawan Durna dikenal sebagai resi yang gila jabatan dan harta benda. Ia suka menghina kaum kecil dan mengadu domba orang-orang yang tidak dia suka.
Dari kisah gugurnya Begawan Durna, bisa kita petik sebuah pelajaran, bahwa seburuk-buruk manusia pasti ada hati dan kasih sayang. Begawan Durna terbunuh karena rasa sayangnya pada Aswatama. Begawan Durna jahat pada orang lain, tapi sangat sayang akan keluarga. Semua yang dilakukan Begawan Durna, termasuk mencari jabatan dan harta benda, adalah bentuk cinta kasih pada keluarga, cuma caranya yang kurang benar.
Tak ada manusia yang jahat, tapi keadaan yang membuat seorang manusia menjadi jahat. Pada dasarnya manusia adalah makhluk baik dan diciptakan untuk kebaikan. Tak ada yang salah pada diri seorang manusia, yang membuat seseorang salah jalan adalah keadaan dan lingkungan di mana orang itu berada.
Lenangguar, Sumbawa, 28 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H