Mohon tunggu...
Punakawan
Punakawan Mohon Tunggu... Petani - Sastrawan

Berpikir, melihat dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Yang Bertahan

17 Januari 2023   20:02 Diperbarui: 22 Januari 2023   21:45 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerobak Pedagang Keliling/dokpri

Seorang yang kaya dengan pongah menertawakan seorang yang miskin yang mencari rongsokan di pinggir jalan. Kata Si Kaya, Si Miskin hanyalah maklum lemah dengan segala kekurangan. Mendengar apa yang dikatakan Si Kaya, Si Miskin pun tersenyum. Si Miskin berkata, bahwa apa yang dikatakan Si Kaya adalah sebuah ketidakbenaran.

Mendengar apa dikatakan Si Miskin, Si Kaya pun marah. Si Kaya berkata, apa alasan Si Miskin mengatakan hal itu. Lagi-lagi Si Miskin tersenyum. Dengan suara ringan Si Miskin berkata, "kalau kamu ingin bukti saya bisa menunjukkan."

Mendengar perkataan Si Miskin, Si Kaya pun menginginkan bukti yang dikatakan Si Miskin. Si Kaya punya keyakinan yang bertumbuh pada sebuah kesombongan. Si Kaya beranggapan kalau Si Miskin hanya membual. Lagi-lagi Si Miskin tersenyum. Dengan tetap tenang Si Miskin berkata," kesombongan adalah gerbang menuju kejatuhan."

Menanggapi apa yang dikatakan Si Kaya, Si Miskin pun bangkit dari tempat duduk. Kembali dengan suara tenang, Si Miskin berkata," kalau kamu merasa orang yang paling kuat dan banyak kelebihan, saya ingin kita adu kuat. Kita beradu kuat bertahan hidup di tempat ini."

Mendengar apa yang dikatakan Si Miskin, Si Kaya pun terkejut. Si Kaya bertanya, kenapa Si Miskin menantangnya kuat-kuatan hidup di pinggir jalan. Kembali dengan senyuman, Si Miskin berkata kalau orang kuat dan banyak kelebihan mampu melakukan segala hal. Si Kaya pun terjebak dengan apa yang dia katakan sendiri. Menjaga dan enggan mengakui kelemahan, Si Kaya pun mengikuti apa yang dikatakan Si Miskin. Keduanya beradu kuat hidup di jalanan tanpa membawa bekal uang dan makanan.


Hari pertama Si Kaya masih bisa tersenyum. Di hari kedua Si Kaya mulai terdiam. Dan di hari ketiga Si Kaya pun jatuh sakit dan menyerah. Si Kaya tak mampu beradaptasi dengan apa yang Si Miskin lakukan, hidup dan bekerja mencari rongsokan di jalanan.

Melihat Si Kaya yang jatuh dan menyerah, Si Miskin pun berkata kalau setiap makhluk ciptaan tuhan masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Si Kaya pun tertunduk. Ia termakan oleh sebuah kesombongan. Di akhir cerita, Si Miskin berkata sekaligus berpesan pada Si Kaya.

"Yang bertahan bukanlah orang yang hebat, pintar, kaya, cantik, tampan, muda, berkuasa. Yang mampu bertahan adalah mereka-mereka yang mampu beradaptasi dengan situasi yang dialami. Sekuat-kuatnya gajah tak akan mampu mengejar ikan teri yang berenang di lautan. Seganas-ganasnya ikan hiu tak akan mengejar semut di daratan," kata dan pesan Si Miskin pada Si Kaya.

Lenangguar, Sumbawa, 17 Januari 2023.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun