Beberapa kali saya bertemu dan berbincang dengan kuli bangunan, sopir, penyapu jalan, buruh harian, pegawai rendahan dan berbagai golongan masyarakat menengah kebawah lainnya. Dalam berbagai kesempatan itu pula mereka pada umumnya mengatakan bahwa hidup pada zaman Orde Baru lebih enak daripada sekarang. Pada zaman Orde Baru yang dibilang oleh sebagian kecil orang “mengekang kebebasan demokrasi” tetapi pada saat itu pemerintah masih memikirkan nasib mereka. Minyak tanah, bensin, beras mudah didapatkan dan harganya masih terjangkau. Tidak ada tabung LPG yang meledak. TDL tidak semahal sekarang dan tidak sering mati bergiliran.
Sementara saat ini yang dibilang era kebebasan demokrasi tetapi justru kehidupan masyarakat bertambah susah. Minyak tanah susah didapat, BBM dicabut subsidinya, gas LPG meledak terus, listrik padam melulu tapi tarif listrik mengalami kenaikan. Sementara itu berbulan-bulan pemerintah membahas kasus-kasus yang tidak ada hubungan langsung sama sekali dengan kehidupan rakyat, seperti kasus Bank Century, turunnya IHSG, mahalnya biaya Pilkada, kesepakatan G20 sampai kasus video porno artis dsb.
“Apa hubungannya kasus Bank Century dan korupsi pejabat itu dengan saya mas, punya rekening saja gak ada saya bank tersebut” ucap sopir di kantor saya
“Jangankan buat nyimpan uang di bank buat makan anak istri aja gak cukup malah kadang-kadang kurang” tambahnya lagi
Pernah seorang buruh berujar “beberapa tahun yang lalu pemerintah memaksa kita semua beralih dari kompor minyak tanah ke LPG tetapi sekarang giliran banyak kompor LPG yang meledak pemerintah seakan lepas tangan tanpa melakukan apa-apa. Kerjaannya cuma rapat melulu tanpa ada keputusan yang nyata”.
“Atau memang itu cara pemerintah mengurangi jumlah penduduk miskin kali ya mas?” ujarnya lagi.
“Saya heran dengan para pejabat kita ini, apakah mereka digaji besar hanya untuk rapat aja ya tanpa ada hasil kerjanya?” tanya seorang kuli kepada saya
Pada suatu kesempatan ketika saya berbincang dengan seorang penyapu jalan “sekarang ini saya bingung mas untuk membiayai hidup keluarga saya. Untuk beli cabe sama tempe aja uang gaji saya gak cukup karena harga barang kebutuhan sudah selangit naiknya”
Saya miris mendengar keluh kesah mereka dan seakan-akan pemerintah kita saat ini semakin jauh saja dengan rakyatnya. Rakyat dibiarkan hidup sendiri tanpa ada perhatian dari pemerintah, pemerintah hanya mengurusi urusan mereka masing-masing dan saling menyalahkan yang membuat masyarakat jadi bingung.
Rakyat tidak mengerti bahkan tidak peduli dengan kebebasan demokrasi yang diagung-agungkan saat ini, yang mereka mau hanya bagaimana perut anak dan istri dirumah bisa diisi. Buat apa bebas berdemokrasi kalau harga membubung tinggi & anak istri menjerit kelapan di rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H