Mohon tunggu...
Ina Widyaningsih
Ina Widyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Staf TU SMPN 3 Pasawahan

Penyair Pinggiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lebaran Yang Kan Menjadi Kenangan

25 Mei 2020   07:51 Diperbarui: 25 Mei 2020   08:42 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit pagi di hari kedua lebaran tahun ini

Mengapa kita harus selalu bersyukur?

Pagi ini saat kujemur pakaian, kulihat langit begitu indah setelah semalam hujan mengguyur bumiku. Alhamdulillah masih bisa kuhirup udara pagi yang segar dengan keadaan sehat walafiat tak kurang satu apapun.

Sungguh tidaklah pantas jika terus menggerutu dengan semua keadaan ini, sementara masih banyak karunia Alloh yang masih bisa kunikmati. Mengapa harus menyesal karena baju lebaran tak bisa terbeli?

Banyak sangat yang dikeluhkan untuk lebaran tahun ini, dan itu sungguh terasa sulit dan berat untuk dilalui. Jauh sekali dengan lebaran tahun yang lalu, sungguh pilunya rasa di hati.

Wabah covid-19 sungguh dahsyat merajam negri ini. Pandemi ini terasa sangat kejam menusuk banyak aspek kehidupan. Akibatnya sangat banyak terdampak di sana sini. Entah berapa korban yang terkena sang corona, bahkan korban lain pun berjatuhan tumbang karena terganggu segi ekonomi.

Sungguh kita sedang diuji oleh Sang Maha Kuasa. Sampai dimanakah keimanan kita akan terus berpegang teguh pada satu keyakinan bahwa hidup semuanya telah ada Sang Pengatur. Sebagai hamba-Nya tak perlu bersusah payah hanya cukup menjalaninya dengan tawakkaltu illallah.

Sejak ramadhan datang kita diuji dengan menahan segala hawa nafsu dalam keadaan pandemi yang sangat mengerikan. Banyak kita melihat mereka yang kesulitan mencari sesuap nasi, harus menjalani hidup dengan perjuangan yang sangat keras dan menyedihkan. 

Saat kulihat diri sendiri, menangislah hati ini yang sungguh fakir dengan sebuah keyakinan. Rasa ketakutan yang selama ini kupendam adalah sebuah rasa keraguan atas kuasa Illahi Rabbi. Sungguh kini kusadari jika makna hidup yang sebenarnya adalah bagaimana kita menjalaninya dengan bersyukur.

Kesulitan ini belum seberapa jika dibandingkan dengan mereka yang hanya tidur di pinggiran jalan, di emperan toko, bahkan di kolong jembatan. Aku masih bisa tidur dengan nyaman di atas kasur walau itu rumah orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun