Mohon tunggu...
Ina Widyaningsih
Ina Widyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Staf TU SMPN 3 Pasawahan

Penyair Pinggiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seniman Sunda Gugum Gumbira Telah Berpulang

4 Januari 2020   18:52 Diperbarui: 4 Januari 2020   19:07 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto/Fb Kyai Matdon

Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Hari ini 4 Januari 2020, kabar duka itu menebar di langit tatar sunda. Seorang seniman maestro sunda Gugum Gumbira telah berpulang ke rumah yang sesungguhnya tempat dimana semua makhluk akan kembali ke sana. 

Gugum Gumbira meninggal karena sakit di usianya yang ke-74. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga yang terletak di Desa Cipadaulun, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Sebelumnya jenazah Gugum disalatkan di villa miliknya yang tak jauh dari area pemakaman dan kemudian disemayamkan di sebelah makam mendiang istrinya, Euis Komariah. Demikian berita itu dipaparkan pada halaman Detiknews.

Berita lain mengungkapkan bahwa almarhum meninggal di RS. Santosa Bandung, akibat mengidap penyakit jantung yang dideritanya sejak lama. Sebelum meninggal, almarhum dirawat beberapa hari di rumah sakit itu. (Info: Sindonews.com)

Menurut beberapa referensi dan informasi, Gugum Gumbira dilahirkan di Bandung pada tanggal 5 April 1945, dengan nama sebenarnya Gugum Gumbira Tirasondjaya yang akhirnya lebih dikenal Gugum Gumbira. Ia mulai mengenal pencak silat sejak usianya 7 tahun.

Pada tahun 1971-1973 Gugum mulai tertarik pada seni tari rakyat. Pada tahun 1974, Gugum menciptakan Tari Ketuk Tilu Perkembangan, yang kemudian berganti nama Jaipongan. 

Sebagai seorang maestro tari jaipongan, Gugum berhasil menciptakan tari jaipong dengan memasukkan unsur-unsur gerak Tari Tayub, Ketuk Tilu, Pencak Silat, Topeng Banjet dan Bajidoran. Karyanya ini sangat dinamis dan  banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai tingkatan. 

Untuk memfasilitasi hasil karyanya, Gugum mendirikan Padepokan Jugala sekaligus studio rekaman yang diberi nama Jugala Recording pada tahun 1976. Tari jaipongan yang diciptakan oleh Gugum begitu mengakar di masyarakat, hingga sampai saat ini masih digemari dan tetap berkembang di lingkungan masyarakat juga di lingkungan pendidikan.

Karyanya juga dapat dijadikan bahan kajian yang bermanfaat sebagai salah satu contoh dalam pengembangan tari rakyat yang ada di Indonesia hingga meraih Satya Lencana Kebudayaan dari Pemerintah Republik Indonesia. Maka sudah sepantasnya apabila Gugum Gumbira disebut seorang maestro tari jaipongan. 

Tari jaipongan pun kini tidak hanya dikenal di Indonesia, bahkan hingga ke mancanegara. Hal ini sebagai hasil karya perjuangannya selama ini yang telah menumbuhkembangkan tari jaipongan.

Generasi muda di era milenial pun masih banyak yang belajar secara khusus dengan tari jaipongan ini. Banyak sekali sanggar tari yang mengajarkan tari jaipongan kepada anak-anak usia sekolah bahkan mahasiswa. Ini pertanda bahwa tari jaipongan masih dicintai sebagai budaya sunda yang memang sepantasnya harus dilestarikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun