Setelah beberapa bulan menghadapi pandemic ini, banyak pihak menggaungkan untuk kaum menegah ke atas membelanjakan uangnya. Waktunya juga pas baru melewati diskon besar di beberapa platform belanja online 11.11, dan sebentar lagi kita akan dimanjakan beberapa platform dengan tagar 12.12, diskon gede-gedean, belum lagi di tanggal pada bulan yang sama. Pertanyaannya apakah beneran diskon gede ga sih harganya? Dan bener ga sih kalau kita merasa menengah ke atas, kita "aman" membelanjakan uang di tengah pandemic. Apa yang harus dibelanjakan?
Sebenarnya ditengah pandemi ini tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya, meskipun tidak terlalu terasa signifikan terhadap beberapa orang, misalkan penghasilan sebagai karyawan swasta yang menerima gaji setiap bulannya saat ini, namun terasa di perusahaan yang penjualannya sudah menurun. Pada bulan ini mungkin baik-baik saja masih bisa membayar karyawan dengan gaji full, namun tidak tahu tiga bulan kedepannya jika keadaan berubah, atau bahkan belum membaik.
Mungkinkah orang akan berubah cara berbelanja dan apa yang dibelanjakan setelah pandemic ini? Misalkan sebelum pandemic kita tidak mengalokasikan rutin belanja masker, hand sanitizer, dan  barang sterilizer lainnya. Namun semenjak pandemic, rasanya masker menjadi hal yang wajib dibeli, hand sanitizer atau sabun tangan nampaknya menjadi sesuatu yang perlu dialokasikan untuk belanjanya. Diskon di tanggal yang kembar dengan bulannya bisa jadi sejalan dengan apa yang pemerintah harapkan, bahwa perekonomian harus bergerak, terutama UMKM, maka orang yang perekonomiannya masih stabil, diharapkan menjadi penggerak dengan membelanjakan uangnya.
Dengan ada "hari diskon" tentu menggoda pembeli untuk berbelanja. Bayangkan saja, ada harga diskon tiga puluh persen untuk barang branded yang kalau di toko offlinenya saja tidak ada diskon segitu besar, di salah satu platform yang mengklaim semua merk original bisa diskon segitu besar. Apa yang pertama terlintas? Sayang kalau tidak dibeli. Kapan lagi bisa dapat barang tersebut dengan harga miring. Setelah orang berburu barang diskon di 11.11 lalu ternyata diskon besar lagi di 12.12, strategi tersebut mungkin dibuat agar pembeli kembali membeli. Namun apabila ada barang yang sama dengan diskon lebih besar dikemudian hari pada platform dan seller yang sama, rasanya pembeli akan merasa rugi telah membeli sebelumnya.
Kerugian yang tidak nyata, bukan dalam hitungan uang tentunya, karena pada saat beli sebenarnya merasa untung telah membeli produk lebih murah dari  harga normal. Namun tiba-tiba merasa rugi begitu diskon lebih besar dilakukan tepat diplatform dan seller yang sama. Melihat tren yang selalu sama, nampaknya cara tersebut masih efektif untuk menggaet pembeli, dalam setiap kesempatan diskon selalu berpikir inilah saat membeli yang tepat karena sedang diskon. Kesempatan berikutnya saat diskon kembali, berpikir diskonnya lebih besar lagi, beli lagi.
Jadi, sebagai penjual, nampaknya trend tanggal dan bulan yang sama tersebut masih oke saja, moment yang tepat untuk menarik pembeli. Omset bisa mencapai triliyunan rupiah dalam waktu 24 jam. Dan sebagai pembeli, euforia hari diskon ini jujur saja bikin penasaran: " ada diskon apa sih?" tidak jarang niat yang tadinya hanya lihat-lihat berubah ketika melihat "tayangan" yang menarik di platform online.
Jadi, momen yang pas untuk membelanjakan uang, jangan lupa, cari produk UMKM lokal agar harapan untuk mengembalikan perekonomian ditengah pandemi ini. Dan untuk penjual, selain display, kualitas juga tetap terjaga biar orang tidak kapok untuk membeli lagi, bahkan jika tidak sedang ada diskon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H