Namanya Covid-19, ditemukan di tahun 2019 dan terpaksa ikut lebaran di tahun 2020 ini karena nggak pergi-pergi. Inilah Idul Fitri yang mungkin bagi sebagian besar orang sangat menyesakkan, tak bisa mudik ketemu keluarga dan tak bisa salat Ied ramai-ramai di masjid atau tanah lapang.
Tapi ada juga sebagian orang yang bodo amat, toh virus itu disebut hanya flu yang agak parah. Entah kenapa berbagai anjuran pemerintah untuk jaga jarak dan sebagainya pun 'ora digagas'. Kerumunan masih tetap ada, diminta pakai masker katanya bikin sesak nafas, disuruh cuci tangan katanya belum mau makan.
Tetap pergi jalan-jalan, ke pasar, ke mal atau pusat-pusat perbelanjaan. Semua bergemuruh, seolah tak ada lebaran lagi setelah ini. Duh duh.....kenapa bisa begini.
Harusnya, kondisi ini benar-benar menjadi titik balik. Merefresh diri, introspeksi diri. Agar kita bisa segera kembali ke kehidupan normal, meski belum bisa normal seperti sediakala. Normal baru orang menyebutnya.
Tapi setidaknya kita bisa mulai berkegiatan. Ekonomi harus kembali jalan karena semua butuh makan.
Apa susahnya sih pakai masker, daripada pakai ventilator. Apa susahnya jaga jarak, daripada diisolasi. Apa repotnya cuci tangan, daripada ICU menanti.
Pemerintah tak mungkin bisa sendirian mengatasi ini. Masyarakat juga tak perlu salahkan terus pemerintah. Ini bukan saatnya saling menyalahkan, ini saatnya bersama-sama kalahkan virus yang gak kelihatan.
Selamat merayakan Idul Fitri teman-teman, mari tetap rayakan dengan penuh kebahagiaan.....
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H