Mohon tunggu...
Puji Triana Rahayu
Puji Triana Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Diary

Rindu yang Membiru

10 April 2022   11:54 Diperbarui: 10 April 2022   12:03 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ahad, 10 April 2022

Ibu, disaat-saat seperti ini , aku paling ingat kebersamaanku denganmu, karena aku satu-satunya anak perempuanmu. Engkau selalu mengajakku berburu bahan makanan yang akan kita sajikan untuk bapak dan kedua saudara laki-lakiku berbuka puasa nanti . 

Kebersamaan kita di dapur selalu menjadi  momen yang indah, dimana ibu selalu menjadikanku obyek cerita,engkau ingin aku menjadi wanita seperti harapanmu, wanita solehah dambaan semua orang katamu kala itu. Setiap aku hendak pergi tidur, ibu selalu menemaniku ,mendongengkan kisah-kisah inspriratif untukku hingga aku terbuai, baru ibu keluar kamar lalu menutup pintunya.   

Banyak hal yang tak bisa kulupa darimu Ibu, bola matamu yang penuh dengan samudra kasih, tangan lembutmu yang selalu membelai rambut dan wajahku, selembut hati dan tutur bahasamu. Do'a yang senantiasa engkau panjatkan untukku, tak pernah satupun yang Allah tunda. 

Ibu, darimu aku mengetahui banyak hal, tentang pesanmu , agar aku menjadi wanito utomo, wanita yang selalu punya adab, menjaga hati dan penglihatan dari hal-hal yang tidak baik, serta wejangan agar selalu mengutamakan kejujuran di manapun aku berada. Semua kenangan indah bersamamu, terpatri kuat dalam hati dan sanubariku.

Ibu, sepeninggalmu aku tak tahu lagi, kemana aku harus mengadu  ketika ada banyak cerita yang ingin aku bagi, ketika ada banyak luka yang ingin aku obati dan ketika banyak kebimbangan yang aku ingin solusi. Di pundak siapa aku bisa menyandarkan duka ? Meski bapak masih bisa aku jumpai, namun ada banyak alasan dan tak mungkin aku tambah beban pikiran bapak dengan cerita gundahku.

Di dekapmu aku selalu temukan ketenangan ,engkau contoh nyata bahwa malaikat tanpa sayap itu ada. Dengan berbagi cerita denganmu, engkau selalu hadirkan contoh nyata, engkau selalu punya banyak solusi dan engkau selalu memujiku tanpa pernah sedikitpun mencela kenakalan dan kemanjaanku. 

Di matamu aku tetap menjadi seorang putri kecil yang harus selalu engkau bimbing, tak pernah sedetikpun pandanganmu lalai dalam mengawasiku. Jika aku jauh darimu, do'a - do'a yang kau langitkan, sangat bisa aku rasakan, bagaimana tanganmu menuntunku dalam balutan tatap mata bulatmu yang seakan menghindarkanku, jika ada suatu hal buruk yang akan aku lakukan. 

Kedua bibirmu tak pernah sedikitpun melukai perasaanku, hanya pujian dan sanjungan indah yang selalu terlontar dari bibir indahmu, kelembutan tanganmu selalu membelai dan membimbingku , sehingga apapun cerita duka yang aku bagi, selalu aku temukan solusi dan engkau selalu menjadi sumber inspirasi pertamaku. 

Ibu, ada banyak rindu yang aku rasa, ada sesak yang menderai dalam dadaku, namun aku tak tahu bagaimana caraku menemuimu ? Aku rindu belai lembut tanganmu,aku rindu binar mata indahmu yang penuh dengan samudra kasih,aku rindu lebar samudra maafmu.

Ibu,adakah engkau juga rindu padaku? Putri kecilmu yang senantiasa engkau belai, anak perempuanmu yang belum pernah membuatmu bangga , namun engkau selalu memberiku semangat untuk pantang menyerah menjalani hari-hari. Dalam benakku selalu ada berjuta tanya,mengapa Allah tak beriku waktu berlama-lama di sisimu, mengapa Allah begitu cepat memanggilmu,dalam suasana hatiku yang masih perlu banyak bimbinganmu, tak bisakah kutemui engkau meski hanya lewat ilusi ? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun