Mohon tunggu...
Puji Purwanto
Puji Purwanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Puji Purwanto atau biasa dipanggil Puji, lahir di Banyumas 20 Juni 1982. Anak pertama dari tiga bersaudara.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Jaga Air, Kesejahteraan Warga Meningkat

30 April 2015   15:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:31 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AIR ialah komponen vital dalam hidup manusia. Ketersediaan air bersih akan menunjang hidup kita dan hidup generasi yang akan datang. Tak heran keberadaan sumber air yang ada harus dijaga.

Namun kenyataannya kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian alam supaya sumber air yang dihasilkan dari bumi tidak menyusut masih belum optimal. Bahkan, sebagian warga masyarakat masih abai karena tolok ukur mereka bahwa air bisa dibeli, baik dari air isi ulang maupun sumber air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang ada di setiap daerah di nusantara.

Padahal, apabila kita perhatikan bahwa sumber air yang kita miliki jumloahnya terus menyusut. Di Kabupaten Banyumas misalnya, sebanyak 1.681 mata air di Banyumas termasuk di lereng Gunung Slamet terancam hilang akibat kerusakan lingkungan.

"Saat ini tercatat ada 1.681 mata air yang tersebar di 27 kecamatan di Banyumas yang terancam hilang," kata Kepala Subbidang Kemitraan Badan Lingkungan Hidup Banyumas, Stephanus Sigit seperti dikutip dari media Pikiran Rakyat Online (21/4/2013).

Penyelamatan lingkungan di sekitar mata air harus menjadi perhatian seluruh elemen masyarakat karena keberadaannya sangat penting bagi kehidupan masyarakat luas.

Saat ini ada 1.681 mata air yang masih menjadi tumpuan masyarakat sekitarnya. Dari jumlah tersebut, mata air paling banyak berada di Kecamatan Cilongok dengan jumlah 245 mata air.

Dari ribuan jumlah mata air itu, salah satunya terdapat di Dusun Kali Pondok, Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok. Sumber mata air di dusun itu menjadi bagian yang sangat penting dan vital bagi kehidupan warga setempat.

Selain untuk keperluan, mencuci, mandi dan minum, sumber air di Dusun Kali Pondok dimanfaatkan untuk sumber energi listrik yang dibuat secara sederhana dari kincir air.

Inisiasi tersebut dilakukan lantaran selama ini di Dusun Kali Pondok tak dapat terjangkau jaringan listrik. Di dusun yang berada di kaki Gunung Slamet dari dulu hingga tahun 1990-an selalu gelap pada malam hari. Warga masyarakat di dusun itu hanya mengandalkan lampu minyak tanah sebagai penerang rumah dikala malam hari.

Oleh karena itu, warga Dusun Kali Pondok selalu menjaga kelestarian hutan yang ada di sekitarnya karena warga sadar bahwa sumber energi listrik yang dinikmati warga sangat tergantung dengan limpahan aliran air sungai.

Warga Dusun Kali Pondok yang juga menginisiasi pembuatan kincir air, Sarno  bersama warga lainnya melakukan penanaman bibit pohon keras di sekitar kawasan hutan. Penanaman pohon untuk menambah varian jenis pohon serta untuk menjaga kelestarian alam.

Kincir air itu mampu menyuplai satu rumah dengan daya sekitar 400 watt. Rumah milik Pak Sarno saat itu merupakan satu-satunya rumah yang memiliki listrik, karena puluhan rumah lainnya di dusun tersebut masih menggunakan lampu minyak.

Seiring waktu, semua rumah-rumah milik warga yang terdapat 59 kepala keluarga sudah dapat menikmati aliran listik dengan memanfaatkan sumber energi air, bahkan fasilitas umum seperti mushola dan balai pertemuan warga sudah terang teraliri listrik.

Terdapatnya listrik di tempat peribadatan menjadi ramai jamaah, bahkan anak-anak yang sebelumnya tidak mengaji kini bersedia meluangkan waktunya untuk mencari ilmu agama.

Kegigihan menjaga keselestarian alam dan membuat sumber energi listrik sederhana telah memantik perhatian dari berbagai pihak. Salah satunya, dalam bentuk bantuan pembangunan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dari hasil kerjasama antara Kodim 0701/Banyumas, PLN APJ Purwokerto dan PT Indonesia Power Banjarnegara.

Pembangunan PLTMH telah mencukupi kebutuhan listik bagi warga setempat. Tak heran, kini sumber energi dari kincir air sederhana sudah ditinggalkan. Di dusun itu hanya ada satu kincir air yang masih berfungsi sebagai kenang-kenangan Pak Sarno.

Adanya PLTMH juga telah memberikan peluang usaha bagi warga setempat, diantaranya menjadi pendagang minuman dingin di sekitar Objek Wisata Curug Cipendok dan pertukangan kayu.

Menjaga Kelestarian Alam

memperbaiki kincir air

[caption id="attachment_363665" align="aligncenter" width="551" caption="kincir air dusun kali pondok"]

1430381444924129957
1430381444924129957
[/caption]

Kondisi itu makin memantik motivasi warga untuk terus menjaga kelestarian alam melalui pencegahan penebangan pohon secara liar. Bahkan, warga melarang warga yang menebang pohon di wilayah tersebut. Warga sadar dengan terjaganya hutan membuat aliran sungai tak surut, sehingga kerja alat pada PLTMH untuk menghasilkan energi listrik tetap stabil. Dengan demikian, masyarakat Dusun Kali Pondok kini tak pernah kesulitan mendapatkan energi listrik.

Bahkan, dusun tersebut tak pernah merasakan aksi pemadaman listrik. Mereka hanya memberikan iuran bulanan sebesar Rp 10 ribu untuk perawatan alat PLTMH dapat menikmati listrik sepanjang hari.

Warga lain Dusun Kali Pondok, Puji (28) menuturkan dengan menjaga potensi air kini memberikan peluang usaha bagi warga sekitar. Mereka melengkapi perabotan rumah tangga, seperti membeli. Mereka membuat es kemudian dijual di objek wisata Curug Cipendok, sedangkan para tukang kayu yang tadinya menggunakan alat manual sekarang sudah menggunakan alat modern.

Pelaku seni ebeg calung Banyumasan itu menilai banyak perubahan di dusunnya dengan setelah memanfaatkan sumber air melalui pembangunan PLTMH. Adanya listrik tersebut telah menggerakan roda perekonomian warga menjadi semakin produktif untuk menggali potensi usaha yang ada di lingkungan sekitar.

Sumber air itu telah membawa perubahan hidup bagi warga dusun setempat. Tidak hanya untuk mencuci, minum dan mandi saja, melainkan dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi yang menjadikan kehidupan mereka lebih baik.

Kesadaran ini sejatinya diikuti oleh warga masyarakat yang berada di perkotaan. Mereka harus mengubah mindset untuk turut menjaga kesestarian alam dan lingkungan, salah satunya tidak membuang sambah organik dan anorganik secara sembarangan.

Koordinator Aksi Lingkungan, Hariyawan Agung Wahyudi menuturkan setiap hari sedikitnya dua ton sampah dibuang ke sungai dan menumpuk di bendungan. Keberadaan sampah itu akan meracuni lahan persawahan dan air tanah.

Untuk itulah mengubah mindset masyarakat untuk cinta lingkungan melalui gerakan nyata aksi bersih sungai, penanaman pohon secara berkelanjutan akan merangsang masyarakat untuk turut andil menjaga lingkungan.

Peran warga sangat menentukan untuk mempertahankan kondisi alam yang semakin terancam akibat ulah manusia sendiri. Dengan kesadaran kita untuk peduli lingkungan dapat mempertahankan ribuan sumber mata air Banyumas yang sudah semakin terancam keberadaannya. Dengan kita menjaga sumber mata air, maka kesejahteraan masyarakat akan meningkat. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun