Mohon tunggu...
puji prabowo
puji prabowo Mohon Tunggu... -

Mahasiswa tingkat akhir jurusan teknik mesin itenas, seorang manusia biasa, masih belajar menulis, belajar bermain musik, belajar bermain sepakbola, belajar membaca buku, belajar untuk tetap belajar setiap harinya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sepasang Es Krim

30 September 2009   18:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:38 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tidak akan pernah bisa suatu alat merasakan dan memaknakan rasa cinta dengan baik dan benar seberapapun canggih teknologinya.”

Itu menurut coklat. Karena menurut coklat, cinta sulit dipahami. Cinta bukan sesuatu yang dapat dibuat. Bukan juga sesuatu yang begitu mudahnya untuk di-kode-kan dalam suatu program Komputer. Jadi menurut coklat, program-program cinta itu palsu. Karena cinta untuk dirasa dan dinikmati, bukan untuk sekedar diketahui.

Terkadang coklat bingung, karena teman-temannya selalu dijadikannya sebuah hadiah pada hari kasih sayang. Coklat kurang paham akan itu. Dia hanya menatap teman-temannya diberi bungkus, lalu diberi pita cantik. Dia bergumam, apakah saya juga akan seperti itu?

“cinta?”

Strawberry terlahir begitu indah. Di sebuah perkebunan dengan lingkungan yang sangat mendukung untuk pertumbuhannya. Strawberry yang satu ini sangat dijaga oleh pemilik kebun. Karena tercipta begitu indah. Oleh sebab itu, strawberry sangat dijaga oleh pemilik kebun dari terjangan mahluk-mahluk yang tak berkepentingan kepadanya.

Perkenalan coklat dan strawberry cukup unik. Mereka berjumpa dalam sebuah pameran makanan. Coklat terkesima. Strawberry berbinar. Mereka berkawan baik. Hubungan mereka semakin erat setiap wakunya sebagai sahabat. Karena coklat akhirnya dimiliki anak sang pemilik kebun.

Strawberry bingung dengan semua sikap coklat terhadapnya. Tak pernah ada yang bersikap seperti coklat sebelumnya. Coklat begitu memperhatikan dirinya. Sebenarnya strawberry tidak terlalu suka dengan sikap coklat yang seperti itu. Risih.

Coklat terus berjuang mendapatkan hati strawberry. Perjuangan tanpa henti dilakukan oleh coklat.

Anak pemilik kebun sangat senang sekali terhadap coklat. Dia juga suka sekali eskrim rasa coklat. Dia tidak terpengaruh oleh ayahnya yang sejak kecil menjejalinya dengan strawberry. Dia tetap suka coklat. Walau tidak membenci juga strawberry.

Suatu ketika, anak sang pemilik kebun ini membuat eskrim untuk dimakan bersama ayahnya di sore hari. Dia mengolah eskrim untuk 2 rasa yaitu coklat dan strawberry.

Jantung coklat berdebar. Dia merasa inilah saatnya untuk menunjukkan rasa yang sesungguhnya terhadap strawberry. Strawberry? Tetap dingin.

Satu scope eskrim rasa coklat dan satu scope eskrim rasa strawberry dituangkan dalam mangkuk kecil oleh anak sang pemilik kebun. Satu mangkuk kecil itu ia hidangkan di meja belakang perkebunan ayahnya. Berdua, mereka menyantap secara bergantian, secara perlahan.

Coklat senang akhirnya bisa bersama dengan strawberry walaupun dengan wujud yang berbeda. Coklat menghela nafas sejenak. Coklat bingung mengutarakan perasaannya.

Kebersamaan itu akhirnya membuat strawberry dan coklat akhirnya leleh. Mereka berdua sudah mulai memberikan rasa memilikinya dan rasa sayangnya dengan berbaur. Pada awalnya mereka berdua beku berbentuk setengah lingkaran. Mereka telah bersama. Mereka terus mengikat, dengan mencair, lalu memasuki rongga-rongga masing-masing. Mereka saling melengkapi.

Coklat terus mencintai strawberry dengan tulus. Coklat tidak pernah terbesit sedikit pun untuk melukai hati strawberry. Coklat ingin menjaganya dengan tulus.

Anak sang pemilik kebun sangat sayang ayahnya. Dia ditinggalkan ibunya sejak ia berumur 1 tahun. Ayahnya memang keras. Untuk mengajak ayahnya makan eskrim sangat sulit. Ayahnya begitu sibuk mengurus perkebunan strawberrynya. Anak perempuan yang cantik itu menyuapi ayahnya dengan tenang.

Coklat terus mencoba mengerti strawberry. Coklat merasa bahwa menyayangi adalah mengerti. Pengertian selalu dilakukan sebagai pengorbanan coklat terhadap strawberry agar coklat tak menyakiti strawberry. Segala bentuk sikap dan perkataan strawberry selalu dimengerti oleh coklat. Coklat sangat senang melihat strawberry bisa bahagia saat bersamanya. Coklat merasa bahwa cinta bukan hanya dibuktikan dengan loncat dari menara setinggi 20 meter, menyelami samudra atlantik, ataupun bunuh diri. Coklat merasa cinta dapat dibuktikan dengan pengertian. Karena menyayangi berarti mengerti.

Coklat terus membaur dengan strawberry. Mereka bersatu ,menjadi satu rasa dengan dua cita rasa. Sebelumnya mereka mempunyai rasa sendiri-sendiri. Rasa ego masing-masing. Namun, mereka dapat bersatu dalam sebuah ikatan yang dapat membuat mereka menjadi lengkap, menjadi rasa yang baru, mengubah warna hidupnya, perpaduan yang manis.

Sang pemilik kebun akhirnya mempertanyakan asal-usul eskrim strawberry yang dimakannya. Sang anak menjawab mendapatkan strawberry satu-satunya itu di ujung perkebunan. Ayahnya terdiam. Kosong. Strawberry kesayangannya menghilang sudah. Anak cantik itu terpaku menatap ayahnya. Dia tak mengerti. Ayahnya tak pernah memberi tahu apapun tentang perkebunannya. Selama ini, anak itu memetik, lalu membuatnya menjadi eskrim.

Strawberry menyadari bahwa keadaan sudah tidak membaik. Strawberry seakan tidak diijinkan untuk hidup merasakan indahnya berbaur. Coklat bingung. Mereka sudah bersatu seperti ini. Apakah mungkin untuk dipisahkan? Mereka sudah membaur. Saling mendekap. Rasa yang telah dibagikan itu pasti sulit untuk dipisahkan. Apalagi jika dipaksakan dalam memisahkannya.

Kalaupun harus dipisahkan, perlu usaha yang sangat berat. Karena pasti ada rasa-rasa coklat yang tersisa di strawberry. Begitupun sebaliknya. Seharusnya memang disantap dan dinikmati saja keindahan warna dan rasanya.

Anak itu masih terpaku. Sang pemilik kebun sangat kecewa. Ia ingin sekali marah. Strawberry yang selama ini ia rawat dan ia sayangi telah hilang begitu saja. Namun, sang ayah menatap wajah anaknya penuh arti. Sang pemilik kebun teringat akan istrinya yang berpesan sebelum meninggal, bahwa tak ada manusia yang sempurna,maka hargailah dan lengkapilah.

Sang pemilik kebun meraih tangan anaknya. Membantunya untuk berdiri kokoh. Menyimpan tongkat penopang anaknya. Dia teringat istrinya. Memeluk anaknya dengan hangat. Tetes air mata. Sayang. Mengerti.

Sang pemilik kebun bangga pada anaknya. Setiap amarahnya tak pernah diberontaki. Setiap tatapannya selalu dibalas dengan senyum manis. Anaknya selalu mengerti. Baik buruk ayahnya, dia terima dengan ikhlas. Karena dia sayang dengan tulus, sehingga menerima dan mengerti.

PujiPrabowo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun