Setelah menjalani ibadah puasa selama bulan Ramdhan, Idul Fitri menjadi saat yang paling di tunggu-tunggu oleh kita semua, dimana kita akan merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama keluarga. Idul Fitri yang kerap disebut Lebaran di Indonesia ini juga identik dengan berbagai makanan khas yang lezat. Menjelang lebaran seperti saat-saat sekarang ini lah, banyak sekali masyarakat yang berbondong-bondong memborong bahan makanan ataupun jajanan kuliner untuk di sajikan kepada para tamu-tamu yang akan datang berkunjung ke rumah masing-masing. Makanan khas yang di olah sendiri biasanya di hidangkan untuk di nikmati bersama keluarga besar yang sudah datang dari rantauan pada hari pertama. Selain itu, ada juga menu makanan yang di sajikan untuk para tamu yang akan datang kerumah. Biasanya, menu yang paling sering di sajikan adalah seperti ketupat, opor ayam, rending, bakso, semur daging, lemang, nastar, kue salju, dan masih banyak lagi menu-menu yang lainnya. Nah, baru baru ini ada beredar kabar berita yang mana pada berita tersebut, presiden Joko Widodo menyarankan untuk masyarakat yang tidak dapat pulang ke kampung tetap dapat menikmati jajanan tradisional seperti "Bipang". Banyak warga media social yang beranggapan negative karena menurut nya itu merupakan sesuatu yang tidak pantas.
Nama kuliner Bipang atau Babi Panggang mendadak viral dan menjadi baha perbincangan banyak warganet akibat ucapan Presiden Joko Widodo dalam sebuah video yang beredar di media social. Di dalam video tersebut, bapak Jokowi bicara mengenai larangan mudik yang diberlakukan pemerintah mulai tanggal 6 Mei sampai 17 Mei 2021. Jokowi menyarankan bagi siapa saja yang merindukan kuliner daerah kampung halaman untuk memesannya secara daring. "Yang rindu makan gudeg Jogja, bandeng Semarang, empek-empek Palembang, bipang Ambawang Kalimantan, dan lain-lain tinggal pesan. Makanan kesukaan akan sampai di rumah," ujar Jokowi. (cnnindonesia.com) Ucapannya pun masuk ke dalam jajaran trending topic nasional per tanggal 8 Mei pada hari Sabtu. Berdasarkan informasi yang saya dapat dari CNNINDONESIA, bipang merupakan kuliner berupa daging babi yang di panggang. Babi sendiri merupakan makanan yang di haramkan oleh agama Islam untuk di konsumsi. Namun, beberapa kelompok masyarakat di beberapa daerah di Indonesia masih mengonsumsi babi sebagai makanan keseharian, termasuk di antaranya di Kalimantan.
Bipang Ambawang merupakan makanan olahan babi panggang khas Dayak di Kalimantan Barat, yang mana nama kuliner tersebut merupakan merek dagang usaha kuliner olahan babi dari Sungai Ambawang di Kalimantan Barat dan didaftarkan pada 26 Agustus 2020 atas nama Juniarto. Merek dagang ini menjual aneka makanan berbahan dasar babi, mulai dari babi putar, babi asap, lemak babi, hingga aneka snack olahan babi. Namun yang paling terkenal adalah olahan babi panggangnya yang terkenal krispi di luar dan lembut di dalam. (solopos.com)
Setelah heboh dan viral video soal bipang tersebut, Fadjroel Rachman selaku juru bicara Presiden memberikan penjelasan lewat ciutan di akun twitter pribadinya. Dengan melampirkan tangkapan layar, dia menjelaskan bahwa bipang yang dimaksud adalah salah satu makanan ringan dari olahan beras. "Ini BIPANG atau JIPANG dari beras. Makanan kesukaan saya sejak kecil hingga sekarang. BIPANG atau JIPANG dari beras ini memang makanan hit sampai sekarang ya. Nuhun," tulis Fadjroel. (medcom.id) Merujuk pada khazanah kuliner Nusantara, ada dua makna yang merujuk pada bipang. Yaitu bipang atau jipang tanpa kata ambawang yang merupakan kudapan berupa kue beras, atau bipang (biji teratai) khas Kalimantan yang mirip dengan jipang, tetapi terbuat dari biji teratai.(solopos.com)
Saya pribadi tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Mengingat, secara tidak langsung bapak Jokowi pun mempromosikan makanan khas daerah Kalimantan Barat. Menurut saya ini akan menguntungkan bagi kedai yang memproduksi olahan makanan khas daerah itu sendiri. Selain itu, tanggapan saya kepada pak Jokowi, seharusnya beliau bisa lebih tegas dalam memilih kata-kata, mengingat banyaknya warganet yang mudah terpancing apabila ada salah penyampaian seperti apapun, ini di tujukan supaya tidak terjadi nya kesalahpahaman yang berkelanjutan di pidato-pidato selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H