pembelajaran dalam bidang pendidikan. Tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang harus dicapai oleh seorang pendidik. Dalam berbagai sisi tujuan pembelajaran, kita dapat kelompokkan terlebih dahulu bagian mana yang akan kita pahami. Dalam tulisan ini akan membahas tujuan pembelajaran dalam ranah afektif. Ranah afektif merupakan bagian dari 3 ranah taksonomi menurut Bloom. Pendidik sangat paham akan dua ranah lain, yaitu ranah Kognitif dan Psikomotorik.
Bukan hal baru bagi kita mendengar tentang tujuanRanah afektif merupakan respon secara emosional menuju kepada sikap siswa itu sendiri terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Stimulus disini berupa proses pembelajaran. Menurut Krathwohl dan Bloom dkk, ranah afektif memiliki lima tahapan kemampuan sebagai tujuan, antara lain:
- Penerimaan - Siswa mampu memiliki ketertarikan atas pembelajaran yang tengah berlangsung. Ketika pembelajaran di kelas, siswa mampu mendengarkan dan menerima nilai yang diajarkan oleh guru. Guru memiliki tugas untuk membawa siswa mampu masuk kedalam tahap penerimaan ini. Contoh, guru memberi stimulus kepada siswa untuk saling tolong menolong.
- Menanggapi - Tahap ini siswa bukan hanya berhenti menerima nilai yang diajarkan guru tetapi mampu merespon. Salah satu bentuk respon yang bisa dilihat dari siswa adalah bagaimana mereka bertanya maupun bersikap sesuai nilai yang sudah diterima. Contoh, siswa bertanya apa saja bentuk tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari.
- Menghargai - Tahapan ini siswa mampu menghargai suatu nilai dengan menyadari bahwa nilai tersebut berguna bagi dirinya. Dari kesadaran tersebut, siswa mampu membentuk suatu komitmen kearah nilai dari pembelajaran. Contoh, siswa memiliki kesadaran bahwa tolong menolong itu baik dan berguna bagi dirinya maupun sesama.
- Menghayati - Tahapan ini lebih tinggi dan menjadi lanjutan dari komitmen yang sudah dipilih siswa. Siswa mampu secara konsisten melakukan komitmen itu. Contoh, siswa memiliki keinginan untuk mulai melakukan komitmen tolong menolong.
- Mengamalkan - Tahapan ini merupakan tahap yang tertinggi dari ranah afektif. Dalam tahap ini, siswa mampu menjadikan suatu nilai dalam pembelajaran sebagai suatu bagian karakter dirinya. Contoh, siswa sampai ketahap mampu menjadikan aktivitas tolong menolong sebagai karaktek diri yang terus menerus dilakukan.
Dalam aplikasinya, guru berperan pada tahap awal yaitu memberi stimulus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Langkah selanjutnya, siswa akan mengambil peran bagaimana nilai dari proses belajar dapat naik tahapan dari tingkat rendah menuju tinggi. Siswa itu sendiri yang akan membawa dirinya masuk tahapan mana dan menjadikan pilihan tersebut menjadi bagian dari dirinya atau sekedar pembelajaran yang lalu. Sebelum masuk kepada implementasi ranah afektif, kita akan melihat lima karakteristik ranah afektif. Terdapat lima karakteristik dari ranah afektif, antara lain:
- Sikap, menurut Saifudin Azwar sebagai suatu reaksi yang timbul dari seseorang terhadap objek dan kemudian reaksi tersebut dapat mendorong perilaku dengan cara-cara tertentu.
- Minat, suatu keinginan yang muncul dari seseorang ketika sesuatu objek yang dia terima membuatnya senang melakukannya.
- Nilai, merupakan sesuatu yang menjadi pusat yang dianggap berharga dan dipandang oleh banyak individu sebagai pertimbangan suatu objek.
- Konsep diri, pandangan ataupun gagasan terhadap diri yang ada dan menggambarkan satu individu.
- Moral, menurut Maria J. Wantah adalah sesuatu yang berhubungan dengan kemampuan untuk menilai suatu perilaku itu benar atau salah dan bagaimana dia berperilaku dalam masyarakat.
Ketika kita melihat ranah afektif ini merupakan tujuan pembelajaran yang tidak mudah untuk diukur. Karena guru hanya membantu siswa dalam menerima stimulus-stimulus nilai suatu pembelajaran. Selebihnya guru hanya bisa memantau dan membimbing siswa untuk mencapai tujuan tersebut. Bagi guru dalam menilai apakah siswa mampu masuk ketahapan-tahapan ranah afektif, ada banyak saran yang disampaikan para ahli. Salah satu saran yang bisa menjadi perhatian guru adalah melakukan pengamatan. Dengan melakukan pengamatan, bukan hanya melihat bagaimana siswa dalam ranah afektif, namun membantu guru untuk mengenal masing-masing siswa di kelas. Ruang kelas bukan sebagai batasan bagi tujuan ranah afektif tetapi kelas merupakan tahap paling dasar bagaimana nilai itu diajarkan. Melalui pengamatan diharapkan bukan sampai di dalam kelas saja tujuan pembelajaran dapat dipraktikkan namun diluar kelas dan dilingkungan dimana siswa itu berada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H