Mohon tunggu...
puji handoko
puji handoko Mohon Tunggu... Editor - laki-laki tulen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup untuk menulis, meski kadang-kadang berlaku sebaliknya.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tahniah untuk Para Pejuang Kebudayaan yang Melawan Kepunahan

9 November 2020   11:36 Diperbarui: 9 November 2020   11:57 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persaingan bisnis semakin ketat. Mereka yang kreatif dan mempunyai permodalan besar akan mampu bertahan dari dinamika perekonomian yang sedang tidak menentu. Kondisi penuh tekanan itulah yang membuat beberapa lini bisnis mengalami ancaman kebangkrutan.

Batik misalnya, dalam kondisi normal saja sulit untuk eksis. Sebab pakaian batik memiliki segmen bisnis yang lebih sempit. Berbeda dengan pakaian secara umum. Sebab biasanya orang memakai batik hanya dalam momen tertentu saja.

Kondisi inilah yang membuat perajin batik semakin sulit untuk tumbuh. Mengingat modal mereka yang terbatas, dan peluang bisnis yang sempit, membuat perajin batik biasanya berada dalam mode, hidup segan mati tak mau. Mereka memang berjuang sekuat tenaga, namun hasilnya tidak sepadan dengan perjuangan berdarah-darah itu.

Untungnya, banyak dermawan yang tidak tinggal diam. Pertamina contohnya, selalu memberikan dukungan pada para perajin batik. Tercatat sejak tahun 1993, Pertamina melalui Program Kemitraan telah membina lebih dari 250 perajin batik yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia dengan total penyaluran sebesar Rp10 miliar.

Salah satu perajin batik binaan Pertamina adalah Yuli Astuti. Pemilik sanggar Muria Batik Kudus ini memulai membatik sejak tahun 2005. Perjalanan membatik Yuli memang tak sesingkat itu. proses sebelum itu dimulai ketika ia tergugah melihat kondisi batik Kudus yang terancam punah.

"Batik Kudus itu punya cerita yang unik. Tapi enggak ada orang yang tahu. Sampai 2005, cuma ada satu pembatik yang masih hidup, tapi karena sudah tua, ingatan soal ceritanya juga sudah lupa. Akhirnya saya harus melakukan penelitian sendiri," kata Yuli, sebagaimana dikutip dari Pertamina.com, Senin, 9 November 2020.

Yuli telah melewati berbagai petualangan untuk menghidupkan kembali batik Kudus. Ia menelusuri banyak tempat, termasuk ke Solo dan Pekalongan untuk mempelajari batik. Penelitian selanjutnya, khusus batik Kudus, Yuli harus naik ke Gunung Muria. Mencari kisah mengenai legenda Kapal Kandas dengan para sesepuh di tempat itu.

Kemudian, satu hal yang membedakan karya Yuli dengan batik lain adalah hasil proses belajarnya terhadap buah Parijoto khas Muria. Buah itulah yang kemudian menjadi penanda khusus batik buatan Yuli. Sebuah upaya untuk membuat ciri unik pada batik yang dihasilkannya.

Yang patut dipuji dari langkah membangkitkan batik Kudus adalah kemauan Yuli untuk memberikan pelatihan bagi anak-anak sekolah. Menurut Yuli, ia juga telah membina anak-anak difabel, anak berkebutuhan khusus, supaya mereka mengenal batik sejak dini.

Oleh sebab itu, wajar jika dia kemudian mendapat penghargaan Local Hero Pertamina 2018. Dedikasinya untuk melestarikan batik dan mengajarkannya pada generasi penerus patut diacungi jempol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun