Persaingan bisnis semakin ketat. Mereka yang kreatif dan mempunyai permodalan besar akan mampu bertahan dari dinamika perekonomian yang sedang tidak menentu. Kondisi penuh tekanan itulah yang membuat beberapa lini bisnis mengalami ancaman kebangkrutan.
Batik misalnya, dalam kondisi normal saja sulit untuk eksis. Sebab pakaian batik memiliki segmen bisnis yang lebih sempit. Berbeda dengan pakaian secara umum. Sebab biasanya orang memakai batik hanya dalam momen tertentu saja.
Kondisi inilah yang membuat perajin batik semakin sulit untuk tumbuh. Mengingat modal mereka yang terbatas, dan peluang bisnis yang sempit, membuat perajin batik biasanya berada dalam mode, hidup segan mati tak mau. Mereka memang berjuang sekuat tenaga, namun hasilnya tidak sepadan dengan perjuangan berdarah-darah itu.
Untungnya, banyak dermawan yang tidak tinggal diam. Pertamina contohnya, selalu memberikan dukungan pada para perajin batik. Tercatat sejak tahun 1993, Pertamina melalui Program Kemitraan telah membina lebih dari 250 perajin batik yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia dengan total penyaluran sebesar Rp10 miliar.
Salah satu perajin batik binaan Pertamina adalah Yuli Astuti. Pemilik sanggar Muria Batik Kudus ini memulai membatik sejak tahun 2005. Perjalanan membatik Yuli memang tak sesingkat itu. proses sebelum itu dimulai ketika ia tergugah melihat kondisi batik Kudus yang terancam punah.
"Batik Kudus itu punya cerita yang unik. Tapi enggak ada orang yang tahu. Sampai 2005, cuma ada satu pembatik yang masih hidup, tapi karena sudah tua, ingatan soal ceritanya juga sudah lupa. Akhirnya saya harus melakukan penelitian sendiri," kata Yuli, sebagaimana dikutip dari Pertamina.com, Senin, 9 November 2020.
Yuli telah melewati berbagai petualangan untuk menghidupkan kembali batik Kudus. Ia menelusuri banyak tempat, termasuk ke Solo dan Pekalongan untuk mempelajari batik. Penelitian selanjutnya, khusus batik Kudus, Yuli harus naik ke Gunung Muria. Mencari kisah mengenai legenda Kapal Kandas dengan para sesepuh di tempat itu.
Kemudian, satu hal yang membedakan karya Yuli dengan batik lain adalah hasil proses belajarnya terhadap buah Parijoto khas Muria. Buah itulah yang kemudian menjadi penanda khusus batik buatan Yuli. Sebuah upaya untuk membuat ciri unik pada batik yang dihasilkannya.
Yang patut dipuji dari langkah membangkitkan batik Kudus adalah kemauan Yuli untuk memberikan pelatihan bagi anak-anak sekolah. Menurut Yuli, ia juga telah membina anak-anak difabel, anak berkebutuhan khusus, supaya mereka mengenal batik sejak dini.
Oleh sebab itu, wajar jika dia kemudian mendapat penghargaan Local Hero Pertamina 2018. Dedikasinya untuk melestarikan batik dan mengajarkannya pada generasi penerus patut diacungi jempol.