Namanya Wangiran, dia adalah salah satu petambak asal Bumi Dipasena kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung. Kebahagiaan di wajahnya tak bisa ditutupi, sebab baru saja ia melakukan panen udang yang lumayan.
Usaha kerasnya telah membuahkan hasil, tapi tidak hanya itu yang membuatnya sumringah, panen kali ini berbeda dari sebelumnya. Wangiran telah melakukan penghematan yang lumayan. Sebab listrik dari PLN telah mengalir ke tambaknya.
"Dengan listrik PLN ini saya bisa memangkas biaya genset," kata Wangiran. Matanya tampak bercahaya. Kulit wajahnya yang legam sebagaimana petambak pada umumnya, kali ini terlihat berseri. Ia memandang jauh ke arah tambaknya, kemudian kembali berkata, "ya lumayan. Listrik dari PLN itu kan mudah dioperasikan dan aman. Tidak rumit seperti jaringan dari genset."
Memang, genset itu memiliki beberapa kelemahan. Pertama jelas tidak ekonomis, sebab biaya bahan bakarnya jika dikalkulasi akan besar. Belum lagi menghitung biaya perawatan atau perbaikan ketika rewel. Dan yang paling penting, terkadang karena kelalaian, orang bisa celaka sebab kesetrum. Jaringan yang dibuat sendiri tentu tidak sesuai standar keamanan.
Bagi orang dewasa seperti Wangiran barangkali bisa berhati-hati, tapi bagaimana seandainya anak-anak dan kerabat Wangiran yang masih kecil. yang kebetulan ikut membantu di tambak?
Bagi Wangiran, tentu saja masuknya listrik PLN itu bukan soal nominal penghematan saja, tapi ketenangan batin juga. Dengan batin yang tenang itulah pekerjaan akan lebih berkah dan hasilnya melimpah. Para petambak atau petani umumnya meyakini, makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan memiliki ikatan batin dengan manusia. Oleh sebab itu, seorang petambak atau petani sebisa mungkin berusaha tetap tenang dan ceria saat bekerja.
Masuknya listrik ke wilayah pertambakan Bumi Dipasena bukan persoalan kecil, karena tempat ini adalah lumbung udang Nasional. Dan konon adalah lumbung udang terbesar se-Asia Tenggara. Itu bukan sekadar kalimat hiperbolis untuk melebih-lebihkan. Dengan kalkulasi seluruh petambak dan jumlah biaya yang mampu mereka hemat bukanlah nominal yang kecil.
Proses masuknya listrik tersebut memang berjalan penuh tantangan. PLN melakukan segenap strategi agar proyek pengerjaan jaringan selesai tepat wakttu. Kendala utama yang dihadapi PLN adalah medan lapangan yang sulit dengan kondisi rawa berair, sehingga petugas kesulitan melakukan pekerjaan konstruksi.
Mobilitas yang terhambat ini mesti dicarikan jalan keluar secepatnya. Kalau perlu petugas harus memanggul peralatan dengan pundak mereka dan menempuh medan sulit itu dengan berjalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya. Proses seperti itu telah dilakukan pekerja lapangan PLN. Kadang mereka harus masuk ke dalam sungai atau menuruni lembah untuk melakukannya. Tugas harus selesai, betapapun berat kondisinya.
Dengan segala upaya itulah, bertepatan dengan hari Kemerdekaan RI ke-75, PLN berhasil mengalirkan listrik ke Gardu Induk -- Saluran Udara Tegangan Tinggi (GI -- SUTT) Mesuji -- Dipasena 150 kV, yang membentang sepanjang 73,6 kilometer sirkuit (kms) dan di topang 211 Tower. Pekerjaan itu telah dimulai sejak 2019 lalu.