Kelangkaan dan mahalnya harga beras harus ditebus dengan didapatnya beras miskin setelah muter-muter beberapa warung tidak ada yang jual beras. Dengan harga Rp 12.000, 00 perkilo akhirnya dapat juga beras untuk dimasak. Namun sampai di rumah ternyata beras yang dibeli tersebut banyak kutu berasnya dan bau apek. Alhasil mau tidak mau harus memasak beras tersebut kalau tidak mau kelaparan hari itu. Didapatnya beras miskin tersebut membuat saya harus mensiasati bagaimana mengolah beras yang tadinya bau apek menjadi layak dikonsumsi. “Beras jatah” begitu tetangga saya mengistilahkan beras untuk orang miskin yang awalnya saya tahu dijual Rp 1.000,00 perkilonya ternyata harus saya dapatkan dengan harga yang lumayan tinggi sekarang, maklum belinya di warung kecil di kampung.
Biasanya beras yang saya beli diolah dengan cuma dibersihkan dari kotoran yang ada, dicuci sebentar, kadang-kadang air bekas cucian beras tersebut ditampung untuk masker, baru beras dimasukkan ke “magic com”. Ditunggu hingga kira-kira 1 jam jadilah nasi yang siap disantap dengan lauk dan sayur. Kalau kebetulan sedang ada beras yang bagus biasanya nasi yang didapat pulen dan enak dimakan. Kalau sedang dapat beras yang kurang bagus ya nasi yang didapat juga tidak terlalu enak tapi ya tetap dimakan.
Namun sekarang beras yang didapat bukan beras yang biasa saya olah. Beras yang didapat kali ini lumayan istimewa. Istimewa karena beras ini digadang-gadang dapat menurunkan harga beras sekaligus menutupi kelangkaan beras di pasaran. Operasi pasar begitu istilah yang digunakan untuk mengatasi kelangkaan beras di pasaran telah dilakukan oleh pemerintah guna mengurangi kelangkaan beras tersebut. Itulah sebabnya barangkali, beras yang biasa saya beli di warung berubah menjadi beras jatah. Beras yang biasanya dibagikan melalui ketua-ketua RT sekarang saya dapat di warung dengan harga yang cukup fantastis.
Menurut cerita tetangga yang biasa mendapat jatah pembagian “Raskin” melalui ketua RT setempat, biasanya beras yang didapat tersebut sebelum diolah dioplos dengan beras yang lumayan bagus, sehingga ketika dimasak tidak terlalu tidak enak. Ada juga yang cerita beras jatahnya digunakan untuk bahan membuat “rempeyek”. Beras yang didapat tersebut direndam beberapa saat kemudian digiling untuk dibikin tepung beras. Rempeyek ini adalah tepung beras yang diberi air, bumbu dan dicampur dengan bahan dasar rempeyek kemudian digoreng kering. Biasanya bahan yang dibuat rempeyek itu kacang tanah, kedelai , kacang hijau dan udang. Enak buat cemilan. Jadilah beras yang tadinya dirasa “tidak enak” menjadi makanan yang “lumayan enak”
Namun situasi yang saya hadapi sekarang adalah bagaimana mengolah beras kategori “Raskin” ini menjadi nasi yang “SUPER ENAK”. Ya sebelas dua belas lah dengan jenis beras pandan wangi. Teringat dengan beras pandan wangi ini akhirnya beras yang sudah saya bersihkan dari kutu-kutunya tersebut, akhirnya saya masak dengan ditambahi daun pandan wangi ke dalamnya. Ketika nasi sudah mulai masak dan keluar uapnya tersebarlah bau wangi, sekaligus juga bau apek. Ternyata jejak bau apek tersebut tidak hilang begitu saja. Dia masih melekat pada nasi yang sudah ditambahi dengan pandan wangi itu. Lumayan berkurang sih bau apeknya, ketika tutup nasi dibuka tercium bau pandan wangi layaknya beras Cianjur. Tetapi ketika nasi sudah terhidang di piring dan disantap ternyata ”bau bisa berkurang tapi rasa tetap sama” Anakku yang laki-laki bilang “ Bu, nasinya ko ga enak sih” ibu masak nasi apaan? Saya bilang saja, “kita harus tetap bersyukur Mas, masih bisa makan nasi lumayan enak, baunya wangi bukan? .
Pembaca, Itu pengalaman saya dengan “Raskin” ada yang punya ide lebih baik cara memasaknya ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H