Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suka Lokal

21 Maret 2023   06:53 Diperbarui: 21 Maret 2023   07:29 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aku tidak pernah mempermasalahkan baju yang dipakai. Asal menurutku cocok ,nyaman dipakai, pas dengan acara atau kegiatan yang sedang dijalani ya enak saja. Tidak pernah memaksakan diri harus produk luar negeri. Apalagi baju yang tidak terjangkau untuk dibeli. 

Jadi kalau ada larangan untuk beli barang bekas import dari negeri sono, tidak masalah juga. Selama ini juga jarang beli baju gituan kok. Paling, banter beli daster, itupun yang 100 ribu dapat tiga. Kalaupun beli baju yang agak mahalan dikit untuk keperluan ngantor atau kondangan biasanya ya tetap produk lokal. Dibeli dari toko lokal dan baju produk lokal juga. 

Jalan-jalan ke tempat jualan baju bekas juga jarang. Pernah sih nemenin anak gadisku nyari sesuatu di sana. Tapi hasilnya sama saja, tidak ada barang yang dibawa pulang. Kirain sudah lihat-lihat jaket dan kaos tapi ternyata cuma kepengin cuci mata. Lihat baju yang aneh-aneh bentuknya. Lihat jaket yang berbulu dan kelihatan gerah kalau dipakai di musim kemarau. 

Ngomong-ngomong tentang larangan baju bekas ini Aku setuju-setuju saja. Bagaimana tidak dengan harga yang murah konsen sudah bisa bergaya. Tetapi gaya tersebut yang membuat mental jadi hedon. Bangga dengan produk luar,  kebanggaan yang tidak semestinya. 

Cintailah produk-produk dalam negeri. Kalau bukan kita yang mencintai. Kalau bukan kita yang, mengkonsumsi. Kalau bukan kita yang membeli, bagaimana pasar dalam negeri akan meningkat penjualannya? 

Apalagi sekarang menjelang lebaran idul fitri yang terstempel dengan baju-baju barunya. Pasar barang bekas pasti akan diserbu juga. Kalau tidak dikendalikan kasihan produk lokal yang bisa tergerus dengan produk luar bekasan. Merk yang terkenal, harga lebih terjangkau, dapat gaya pula. Siapa yang tidak tergiur? 

Sekali lagi aku sampaikan barangkali mengkonsumsi barang semacam itu lebih pada mental. Mental kita yang harus dibangun. Untuk bisa meramaikan pasar dalam negeri, jangan tergiur dengan produk luar semacam itu. Apalagi sampai harus berburu ke negerinya nun jauh di sana. 

Cintai produk dalam negeri dari fashionnya, kulinernya, budayanya, adatnya dan semuanya maka kita akan jadi raja di negeri sendiri. 

Dari kita oleh kita untuk kita. Jika semua sektor bisa bergerak semacam itu maka tidak mustahil gemah ripah loh jinawi, kesejahteraan untuk seluruh warga bisa terbukti. 

Kalau dari hal-hal kecil semacam ini kita bisa, kenapa tidak? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun