Suatu hari anak lelakiku mengirim foto lewat WA, berdua sama cewek cantik. Tidak ada pesan khusus yang dikirim, hanya panggilan kepadaku, Bu. Sayangnya sore itu HP ku sedang drop dan pesan tersebut tidak langsung terbaca, jadi tidak bisa langsung direspon. Keesokan harinya setelah kubuka HP baru terlihat pesan itu dan ketika kubalas dengan bertanya kamu foto sama siapa? ternyata giliran dia yang tidak online, mungkin sedang kuliah pagi.
Sore hari baru dia jawab kalau itu teman organisasi, lumayan dekat katanya. Hingga suatu hari ketika berkesempatan dinas luar di kota tempat anakku kuliah, aku janji ketemuan dengan anakku. Dia bilang mau sekalian ngenalin teman ceweknya tersebut. Akhirnya kamipun bertemu di suatu rumah makan.
Singkat cerita, dia ngenalin ceweknya itu, dari mana berasal dan kuliah di jurusan apa. Ternyata mereka satu jurusan, satu angkatan dan satu organisasi hanya beda kelas.
Awalnya terasa kaku, karena agak bingung juga bagaimana bersikap terhadap teman ceweknya itu. Walaupun aku sudah biasa menghadapi anak-anak didik seusianya, karena mahasiswaku juga kan seumuran dia, tapi bingung juga untuk mengawali percakapan dengannya.
Kalau komunikasi ke anakku kan biasa jika tidak ada temannya. Tetapi saat itu mau tanya-tanya apa, mau ngobrolin apa jadi seperti tidak tahu apa topik yang enak buat ngobrol.
Akhirnya aku cerita saja tentang aktivitas yang sedang dijalani saat ini sambil sesekali nanya tentang kegiatannya, keluarganya, dan hobi yang dijalaninya.
Lumayan lancar juga akhirnya komunikasi kami di perkenalan pertama tersebut. Ternyata teman cewek anakku itu punya hobi traveling dan terbiasa jalan-jalan kemana-mana untuk sekedar menikmati tempat-tempat wisata.
Kelihatannya berbeda jauh dengan anakku yang tidak suka bepergian. Kebiasaan dia kalau hari libur paling di rumah baca buku atau sesekali nginap di rumah temannya. Bahkan kalau sedang diajak bepergian sekalipun dia lebih suka tidur di kendaraan. Kalau sudah sampai di tempat tujuan, ya paling duduk di salah satu tempat, main HP atau baca buku yang dibawanya.
Entah bagaimana mereka menyatukan kebiasaannya tersebut, hingga bisa berteman dekat. Apakah mereka bisa dikatakan pacaran atau hanya sekedar berteman dekat aku tidak bisa memastikan.
Hanya aku pesan saja sama dia jangan terlalu dalam perasaannya dalam menjalani hubungan. Kalau hanya sekedar berteman, organisasi bersama, sesekali jalan bareng untuk makan, jalan-jalan, oke lah, tapi kalau sampai melibatkan perasaan terlalu dalam, ketika harus berpisah karena sesuatu alasan bisa jadi ada hati yang merasa sakit, ada rasa yang terluka, ada jiwa yang merasa tidak bisa.
Belajar mengelola perasaan, mengontrol perilaku dan sikap. Tidak terlalu menuruti rasa yang ada karena ada hal yang harus difokuskan dulu meraih kesuksesan dalam studi dan kegiatan lainnya.