Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepeda yang Setia Antar ke Sekolah

3 Juni 2020   22:45 Diperbarui: 25 Juni 2020   08:49 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kami hanya kaget namun tidak jatuh dan kurasakan tanganku perih. Ternyata kulit tanganku terkelupas pas kena gesekan mobil tadi. Akhirnya kami sadar kalau hal yang dilakukan tadi adalah salah dan kami bersepeda sendiri-sendiri  tidak berjajar  lagi.

Pengalaman bersepeda itu benar-benar membekas hingga kini. Setiap kali reuni atau ngumpul teman sekolah, cerita sepeda akan manjadi satu bagian cerita tersendiri. Ternyata teman-teman saling ingat dengan bentuk dan warna sepeda-sepeda kami.

Ada teman Cewek yang tinggi kurus rambut cepat dulu pakai sepeda kumbang. Ada teman yangvrambut panjang, senang dikepang dua, orangnya kalem pakai sepeda mini ke sekolah. Ada teman cowok yang pakai sepeda cowok, ada bentangan besi di depan suka membingungkan teman tidak dibincangkan belakang tapi justru di bentangan besi depan itu.

Macam-macam bentuk sepeda, termasuk aku masih ingat merk sepeda phoenix jenis sepeda jengki. Ada goncengan di belakang tempat Aku naruh belanjaan titipan ibu.

Dulu memang sewaktu sekolah SMP Aku sering dititipi ibu belanja di pasar dekat sekolah. Belanjaan itu untuk dijual kembali di warung ibu.

Pengalaman bersepeda ke sekolah ini berlanjut hingga Aku masuk Aliyah. Masih dengan sepeda yang sama kutempuh masa sekolahku dengan selalu naik sepeda kayuh.

Di Aliyah ini Aku sering jalan bersepeda bareng dengan kakak kelasku yang masih satu desa. Kadang bersepeda ramai-ramai dengan teman yang lain berangkat sekolah dan mengaji ataupun kegiatan extra kurikuler lain.

Rasanya sepeda benar-benar alat transportasi yang setia mengantarku setiap hari. Sepeda itu telah berjasa dalam satu bagian kehidupan masa remaja. Masa yang penuh suka cita, semangat mencari ilmu dalam balutan persahabatan yang tak terlupakan hingga kini.

Kesukaanku bersepeda  dulu ternyata berbanding terbalik sekarang. Komunitas gowes yang banyak tumbuh sekarang belum pernah ada yang diikuti. Keinginan itu ada, sepeda juga tersedia, namun karena suami tak pernah menggunakan lagi akhirnya sepeda itu mangkrak. Suami tidak pernah pakai sepeda lagi sejak mengalami sakit syaraf terjepit.

Olah raga yang dilakukannya sekarang lebih banyak berenang. Karena seringnya menemani suami ke kolam renang jadi lebih suka berenang daripada sepedaan.

Tapi akankah sepeda itu tetap mangkrak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun