Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Antara Kebangkitan dan Lebaran

20 Mei 2020   12:10 Diperbarui: 20 Mei 2020   12:21 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

20 Mei 2003 tanggal yang sangat istimewa bagi keluarga kecilku. Bagaimana tidak ? Tanggal tersebut aku melahirkan anakku yang kedua. Proses kelahiran yang akan selalu diingat karena satu-satunya kelahiran dibantu paraji atau dukun bayi dan di rumah.

Bagaimana bisa terjadi proses melahirkan semacam itu, bukannya Aku tenaga kesehatan?

Anakku lahir 16 bulan setelah kakaknya. Kehamilan yang tidak diketahui awalnya karena tidak menstruasi setelah kelahiran yang pertama.  Aku memang tidak berKB, pikirku waktu itu akan berKB kalau menyusui eksklusifnya selesai.

Namun takdir berkehendak lain, di usia anakku yang pertama sekitar 8 bulan, ternyata Aku seperti ngidam. Ketika di tes urin ternyata benar positif hamil.

Kehamilan yang tidak direncanakan, namun berjalan dengan sangat baik. Aku tidak merasa gejala yang tidak nyaman seperti mual, tidak doyan makan, bengkak, dan seterusnya. Bahkan Aku bisa beraktivitas biasa hingga menjelang persalinan tiba.

Alasan ada anak yang masih kecil, Aku merencanakan untuk melahirkan di rumah. Waktu itu memang masih diperbolehkan melahirkan di rumah.

Seperti kakaknya kelahiran ini juga diawali dengan ketuban pecah dini. Ketika ketubannya pecah Aku belum bisa merasakan kontraksi. Tidak ada rasa mulas yang kurasakan. Tidak ada tanda kelahiran lain yang kurasakan. 

Namun karena ketuban telah pecah, suamiku segera memanggil bidan yang tinggal depan rumah. Setelah diperiksa bu bidan menyampaikan kalau persalinannya masih lama nya. Pembukaan cerviks terjadi tejadi 1-2 cm. Alhasil malam itu Aku masih menunggu persalinan hingga pagi menjelang belum juga ada kontraksi. Bidan memeriksa lagi pagi harinya namun karena pembukaan dirasa belum memungkinkan untuk dilahirkan maka bidan akhirnya tetap berangkat dinas. 

Siang harinya ba'da dhuhur Aku merasakan mulas yang mulai sering. Sekitar jam 1 bidan datang lagi dan memeriksa, namun ternyata pembukaan masih belum lengkap dan diprediksi sore hari baru lahir. Namun ketika bidan baru saja pulang, Aku mulai merasakan mulas yang luar biasa. Alhamdulilah suami pulang dari madrasah dan melihatku mulai kesakitan, kemudian mau memanggilkan bidan. Namun karena bidan baru saja dating dan memperkirakan baru akan lahir sore nanti maka tidak jadi dipanggil. 

Untuk menemani di rumah, karena Aku hanya ditemani ibu, suami diminta untuk memanggil dukun bayi saja. Akhirnya beliau berangkat memanggil dukun bayi tersebut. Kebiasaan yang berjalan di desa waktu itu memang bidan melakukan proses persalinan dan dukun bayi akan membantu proses tersebut, missal memegang bayi dan mengurusnya setelah bidan memotong tali pusat. 

Begitu dukun bayi datang, melihatku kesakitan beliau menyuruhku untuk tiduran. Sambil mengelus-elus area perut dan punggung tidak lama kemudian dating kontraksi yang luar biasa dan keinginan mengejan. Aku tahan keinginan mengejan tersebut karena pesan bidan tadi baru melahirkan nanti sore. Namun karena sudah tidak tahan Aku bilang ke paraji tersebut dan beliau menyarankan untuk tidur dan ambil posisi melahirkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun