Tidak menutup kemungkinan ziarah kubur menjadi ajang kumpul warga menjelang Ramadhan kali ini. Ziarah kubur sudah menjadi tradisi yang meluas. Tidak afdol rasanya kalau menjelang puasa tidak ziarah ke makam orang tua dan saudara. Orang tuaku sendiri sudah meninggal cukup lama. Bapak dan ibu meninggal dengan sakit yang sama yaitu stroke. Kalau bapak meninggal tahun 2010, kalau ibu sekitar 2 tahun lalu. Sedangkan dari pihak suami juga bapak telah tiada sekitar tahun 2005. Â Â
Karena berpotensi menjadi ajang kumpul warga baru, ziarah kubur kali ini juga ditiadakan .Doa tetap kita kirim dari rumah saja. Apalagi di desa Ibu Mertua, ziarah kubur biasanya diadakan secara masal. Dari pihak desa akan mengadakan kegiatan tersebut dengan dihadiri seluruh warga.Â
Doa bersama dilaksanakan menjelang puasa dan ketika selesai sholat Idul Fitri. Bisa dibayangkan kalau tradisi tersebut dilaksanakan juga kali ini. Kerumunan warga akan terjadi, interaksi warga termasuk dengan pemudik kemungkinan akan menimbulkan masalah baru. Potensi penularan di sana terjadi dan Covid 19 akan semakin meledak lagi.
Jadi di masa pandemi Covid 19 ini tradisi ziarah kubur bisa ditunda dulu. Dari rumahpun insya Allah doa kita akan sampai pada orang tua dan saudara yang telah terlebih dahulu meninggalkan kita.
Kegiatan rutin yang mungkin akan hilang di Ramadhan kali ini adalah sholat tarawih bersama lengkap dengan tradisi lainnya. Tradisi yang biasa ada di mesjid-mesjid saat Ramadhan seperti berbuka bersama dengan takjil yang berbeda setiap harinya. Takjil itu dikirim oleh warga ataupun donatur yang memang biasanya mengirim sesuai jadwal yang sudah ditentukan oleh masjid.Â
Namun kali ini kita mungkin tidak akan temui itu. Di grup WA mamih-mamih cantik yang aku ikuti, grup itu adalah kumpulan ibu-ibu warga RT, ada rapat warga melalui online. Di grup WA tersebut, mereka mempertanyakan tentang persiapan takjil dan menu berbuka seperti biasa.Â
Masjid kampus di mana Aku bermukim, sesuai dengan anjuran pemerintah, kali ini tidak mengadakan kegiatan Ramadhan secara khusus. Biasanya jelang ramadhan mereka akan mensyiarkan jadwal-jadwal kegiatan mulai dari berbuka bersama dengan takjil yang dikirim warga, sholat tarawih berjamaah, Tadarusan bareng, sedekah paket sembako dan tentu saja sholat wajib berjamaah dan kultum setelahnya.
Untuk Ramadhan di masa pandemi Covid 19 Â ini, takmir mesjid sudah mengumumkan tidak mengadakan kegiatan berjamaah dan buka bersama. Itu artinya tidak ada kirim-kirim takjil lagi. Hanya untuk menu berbuka dan sahur satpam kampus tetap jadi tanggungan warga perumahan dinas seperti biasa.Â
Sedangkan untuk sedekah sembako ke warga sekitar mungkin akan tetap dilaksanakan namun sistemnya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya warga yang sudah mendapatkan kupon pembagian akan ke mesjid kampus dan sembako dibagikan di sana. Untuk kali ini karena menjaga agar tidak terjadi kumpulan warga, tradisi pembagian sembako akan diganti dengan metode lain. Misal langsung dibagikan melalui pengurus desa setempat misalnya.
Ramadhan kali ini bisa jadi berbeda. Banyak tradisi yang tidak ada. Namun Ramadhan adalah Ramadhan. Bulan paling istimewa dalam tahun Hijriyah. Jadi tetap istimewa. Kitalah yang membuatnya tetap istimewa walaupun pademi covid 19 terjadi. Â Ibadah kita laksanakan bersama dengan keluarga di rumah. Menyiapkan menu buka dan sahur bersama, sholat wajib dan tarawih berjamaah di rumah. Tadarusan quran bersama di rumah. Tetap istimewa bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H